"Datang orang buka pintu, ngambil kantong plastik hitam besar," kata Dewa menceritakan detik-detik OTT.
"Sesudah itu plastik dibawa, dipindahkan ke mobil satunya yang sudah parkir di dekatnya. Waktu itu lah datang tiga orang dari belakang langsung nangkap," tutur Dewa.
Ia juga mengatakan melihat orang-orang yang diduga dari KPK menghentikan pria berpakaian PNS tersebut.
Penyidik KPK tersebut lantas memeriksa isi kantong plastik yang diduga berisi uang yang baru saja dipindahkan ke mobil tersebut.
"Sudah dipindah langsung diperiksa, kalau dak salah orang itu nyebut Pak Haji Sai. Setelah kantong plastik diperiksa, handphone-nya juga diperiksa," sambung Dewa.
Masih keterangan Dewa, selain Saipudin ada dua orang lain yang juga dibawa. Mereka tidak diborgol.
“Jadi, semua ada tiga orang kalau ndak salah lihat. Setelah itu yang duduk di meja lainnya keluar semua naik mobil mengiringi mobil KPK," paparnya.
Dewa menambahkan dirinya dan warga lain tak tahu kalau apa yang dilihatnya adalah proses OTT.
"Dak banyak yang tahu, bedalah kayak nangkap penjahat, mereka senyap jadi dak ada yang curiga," pungkasnya.
Terkait transaksi ini diakui Febri bahwa dugaan penerimaan uang terjadi di Jambi.
“Jadi uang kita temukan ada di Jambi. Ada pihak swasta di Jakarta, namun juga ada pihak swasta di Jambi,” sambungnya.
Hingga tadi malam sedikitnya delapan orang yang dibawa ke Polda Jambi. Dari kabar yang beredar lima orang dibawa ke Polda pada siang hari. Tiga lainnya pada malam hari.
Informasi yang beredar ada lima orang yang terjaring OTT. Masing-masing, Supriyono anggota DPRD Provinsi Jambi.
Ia tak lain Ketua Fraksi PAN di DPRD Provinsi Jambi. Lalu, Nurhayati, anggota DPRD Provinsi Jambi dari Partai Demokrat, Geni Waseso (Ketua BM PAN Jambi), Saifuddin (Asisten III) dan sopir Supriyono. (dnu/cfa/zak/jun)