Baca tanpa iklan
Laporan Wartawan Tribun Jateng, M Nur Huda
TRIBUNNEWS.COM, GROBOGAN - Mobil Toyota Innova bernomor polisi H1 yang ditumpangi Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, tetiba berhenti mendadak.
Gubernur turun dari mobil dan langsung menghampiri sebuah rumah yang ada di pinggir jalan di Desa Jenengan, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan, Rabu (29/11/2017).
Baca: Usai Imami Salat Berjamaah, Kakek Mugiyanto Hilang Ditelan Banjir Wonosobo
Hal ini membuat Bupati Grobogan Sri Sumarni langsung turun dari mobil dinas bernomor polisi K 1 F. Sejumlah pejabat yang ikut dalam rombongan juga terlihat kaget dan bergegas menghampiri gubernur.
Namun karena rumah tersebut sedang ditinggal penghuninya, Ganjar meminta agar pemiliknya dicari untuk segera pulang.
Sembari menunggu sang pemilik rumah, Ganjar sempat mengintip dalam rumah melalui lubang-lubang dinding kayu pada rumah ini.
Baca: Pengusaha Ini Sebut Amir Mirza Sebagai Walikota Bayangan
"Masya Allah," ujar Ganjar saat mengintip dalam rumah ini.
Sebelumnya, gubernur beserta Bupati Grobogan Sri Sumarni, menghadiri acara penanaman tanaman buah serta Peresmian Eco Wisata Ujung Kendeng bersama Perhutani dan Karangtaruna Grobogan, di kawasan perbukitan di desa ini.
Tak berselang lama, pemilik rumah Listiyati (30), datang dengan tergesa sembari menggendong anaknya.
Ia kemudian membukakan pintu rumah. Awalnya, ia enggan membuka pintu karena merasa malu dengan kondisi yang ada.
"Maaf Pak Ganjar, rumahnya berantakan," ujar Listiyanti.
Setelah dipersilakan masuk, Ganjar kemudian meminta ditunjukan kamar tidur beserta dapur rumah ini sembari berbincang dengan Listiyanti.
Tak lama kemudian, suami Listiyanti yakni Sutrisman (33) atau akrab disapa Paino datang.
Ia menyampaikan bahwa pekerjaannya hanya serabutan dengan penghasilan rata-rata Rp 20 ribu perhari tidak cukup untuk memperbaiki rumah.
"Rumah ini peninggalan orang tua yang sudah meninggal, mau memperbaiki nggak punya duit. Karena untuk hidup saja susah. Istri nggak kerja karena merawat anak," kata Paino.
Rumah itu masih berlantai tanah, berdinding anyaman bambu, serta gentingnya pun terlihat banyak yang pecah dan melorot.
Ganjar menyatakan bahwa rumah ini harus diperbaiki. Ia meminta pada perangkat desa setempat beserta warga sekitar untuk bergotongroyong memperbaiki rumah.
Sementara pembiayaan akan diupayakan olehnya melalui program perbaikan Rumah Tak Layak Huni (RTLH).
Sedangkan Listiyanti, terlihat matanya berkaca.
Ia menuturkan, dirinya tak menyangka bahwa rumahnya kedatangan Gubernur Jateng sekaligus Bupati Grobogan serta sejumlah pejabat pemkab dan pemprov.
"Nggak nyangka rumah kami didatangi pak gubernur dan bupati," ujarnya.
Usai mengunjungi rumah tersebut, Ganjar mengungkapkan bahwa awalnya lewat usai acara penanaman pohon bersama Perhutani dan Bupati Grobogan.
Namun di perjalanan melihat RTLH tersebut dan langsung menghampiri.
"Tadi saya langsung bicara dengan bupati, nanti saya saja yang nyarikan biaya perbaikannya. Tapi ada berapa banyak di sini dan ternyata masih banyak," ujarnya.
Maka ia meminta pada bupati untuk mendata untuk selanjutnya dikeroyok bersama-sama melalui APBD kabupaten dan provinsi serta APBN dari pusat.
Namun ia meminta pendataan tersebut dilakukan dalam waktu cepat.
"Kan nggak mungkin kita diam saat lewat melihat rumah seperti itu," katanya.
Khusus untuk pembiayaan perbaikan rumah milik Paino ini, Ganjar akan segera mencarikan sumber dana dalan waktu cepat. Yakni melalui Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Provinsi Jateng.
"Jika dari Baznas belum memungkinkan, nanti pakai duit saya saja. Sebab ini bersentuhan langsung dengan harkat warga kita," tandasnya.(*)