TRIBUNNEWS.COM, SIGLI - Gerombolan gajah liar berjumlah 15 ekor berkeliaran mencari makan ke rumah-rumah warga yang menyimpan padi, di beberapa gampong dalam Kemukiman Kandang, Kecamatan Sakti, Pidie, selama seminggu terakhir.
Hingga Selasa (5/12/2017), kawanan gajah liar yang diduga terjebak cuaca buruk ini masih bertahan di perkampungan.
Untuk mengisi perutnya, gajah liar ini memakan beberapa tumbuhan muda di sekitar perkampungan. Namun karena jumlah anggota kawanan yang mencapai belasan ekor, beberapa gajah kini mulai mengendus padi-padi yang disimpan warga dari hasil panen musim lalu.
Imum Mukim Kandang, Tgk Tarmizi, kepada Serambi mengatakan bahwa dalam satu tahun ini, kawanan gajah tersebut telah dua kali turun ke gampong.
Terutama saat cuaca buruk di hutan atau saat ada kegiatan illegal logging menggunakan chainsaw di hutan habitatnya, karena hewan ini memiliki indra pendengaran yang sangat sensitif.
Jika sudah turun ke gampong, biasa mereka enggan beranjak kembali ke hutan yang ramai oleh pelaku illegal logging dan penambangan liar.
“Kawanan gajah ini sebelumnya pernah turun ke lokasi ini pada April 2017 lalu, dan kini mulai terbiasa mencari makan di sekitar permukiman, bahkan mengincar padi kering yang disimpan di lumbung rumah. Sehingga beberapa rumah warga diubrak-abrik saat gajah-gajah itu mulai lapar,” kata Tgk Tarmizi.
Saat turun ke perkampungan pada April lalu, kawanan hewan berbelalai ini berhasil digiring kembali ke hutan oleh tim Conservasi Respon Unit (CRU). Kali ini, warga di Mukim Kandang mendesak pemerintah bukan hanya melakukan penggiringan, tapi juga menjamin gajah-gajah itu tak kembali lagi ke kawasan perkampungan.
Karena jika tidak, gajah-gajah yang telah akrab dengan lokasi ini akan selalu kembali, akibat dari kerusakan habitatnya di hutan.
“Saat gajah turun ke gampong, warga hanya bisa mengusir dengan marcon. Upaya ini tak mempan lagi untuk menakuti binatang tersebut, yang ada malah membuatnya mengamuk,” kata Tgk Tarmizi.
Ia mendesak minta pemerintah serius menangani gangguan gajah ini secara komprehensif dan memantau secara rutin untuk memastikan kawanan gajah yang telah digiring ini, menemukan habitatnya di hutan.
Bukan hanya menggiring ke batas hutan dan berharap gajah itu tidak kembali. Padahal, saat ini tak banyak lagi ruang di hutan Aceh, khususnya kawasan Ulu Masen, yang bebas dari aktivitas manusia.
Warga mengatakan, saat ini kawanan gajah itu mulai terjebak di antara rumah warga dengan sawah yang baru semai benih.
Sehingga tim Conservasi Respon Unit (CRU) Mane yang telah tiba di lokasi itu, kesulitan untuk menggiring gajah tersebut ke hutan, karena khawatir kawanan gajah akan melintasi tanaman padi milik warga yang baru beberapa minggu selesai ditanam.
“Tanaman padi yang baru selesai ditanam, pasti akan rusak semua jika dilalui gajah saat dilakukan penggiringan. Sementara, jika tak segera di giring, warga khawatir binatang besar itu akan terus merusak rumah warga untuk mencari padi yang disimpan di dalam rumah,” kata Ismail, warga setempat.
Anggota DPRK Pidie, T Saifullah, yang juga menerima laporan dari perangkat gampong dan mukim terkait ganguan gajah liar ini, menyarankan Dinas Pertanian Perkebunan dan Tanaman Pangan Pidie yang kini membawahi CRU Mane, segera berkoordinasi dengan pihak berkompeten yang memiliki keahlian dalam penanganan gajah di Mukim Kandang.
“Karena hewan ini dilindungi undang-undang, maka negara wajib menanganinya, dan jangan sampai warga dirugikan akibat tidak tuntasnya penanganan atas persoalan ini,” tegasnya.(Muhammad Nazar)