TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - 'Sepanjang jalan kenangan kita selalu bergandeng tangan, sepanjang jalan kenangan kau peluk diriku mesra, hujan yang rintik rintik di awal bulan itu menambah nikmatnya malam syahdu"
Penggalan lirik tembang yang dipopulerkan oleh Tetty Kadi ini menjadi tembang penutup penampilan orkes keroncong Sang Dara, satu di antara penampil dalam Pasar Keroncong Kotagede2017 malam ini di panggung timur depan Pasar Kotagede, Sabtu (9/12/2017).
Sang Dara mencuri perhatian ratusan penonton yang hadir malam ini.
Para penonton pun larut dengan turut menyanyikan tembang berjudul Sepanjang Jalan Kenangan ini dan di saat yang bersamaan hujan turun rintik rintik.
Turunnya hujan benar benar menambah kehangatan, bahkan para penonton masih saja memenuhi depan panggung dengan jas hujan dan payung meski hujan perlahan deras.
Malam ini Sang Dara adalah satu dari sekitar 12 penampil yang dijadwalkan pentas di festival musik keroncong yang sudah kali ketiga digelar ini.
Baca: Jawaban Kenapa Jam yang Dipajang di Toko Menunjukkan Pukul 10.10
Enam tembang dibawakan orkes keroncong yang semua personilnya perempuan ini.
Selain mencuri perhatian lantaran semua personilnya dara muda, mereka juga piawai membawakan tembang tembang yang bukan semua murni lagu keroncong, di antaranya ada nomor jazz dengan Misty, Pop dengan Makin Cinta dan Sepanjang Jalan Kenangan.
Dewi Anggraeni, seorang personil Sang Dara menuturkan, musik keroncong adalah musik yang memiliki keunikan, dari komposisi, alat musik hingga cengkok vokalnya.
"Kelompok kami baru terbentuk beberapa bulan, semua adalah siswa dari Sekolah Menengah Musim (SMM) Yogyakarta. Kami semua awalnya memang bukan dari musim keroncong, setelah belajar ternyata kami jadi suka dan sampai sekarang," kata Dewi.
Di kesempatan yang sama, Basuki, pelatih Orkes Keroncong Sang Dara berharap, ke depan keroncong di tangan anak-anak muda seperti Sang Dara ini bisa lebih luwes dalam artian lebih entertain agar musim keroncong juga bisa Milenial.
"Kalau bukan anak-anak muda seperti mereka yang mencintai keroncong, lalu siapa lagi. Kami para musisi keroncong juga berharap dukungan dari banyak pihak agar media menyalurkan talenta keroncong bisa memberi harapan baik sebagai masa depan, sebagai profesi," terang Basuki.
Sementara itu, Djaduk Ferianto satu dari beberapa inisiator Pasar Keroncong Kotagede menuturkan, penampil kali ini 70 persen adalah musisi muda.
Hal ini diharapkan menjadi momen untuk lebih mengenalkan musik keroncong ke generasi muda.
Soal tema yang dipilih, yakni Gotong Keroncong Berbarengan, Djaduk menekankan bahwa plesetan gotong royong ini menjadi sebuah tema yang pas dengan kondisi Indonesia yang menurutnya sedang mengalami penurunan semangat gotong royong.
"Ini menjadi kerja bersama semua masyarakat Kotagede dan ini merefleksikan semangat gotong royong dalam membuat sebuah pertunjukan," terang Djaduk.
Pria yang sudah lalu lalang di dunia seni pertunjukkan ini mengatakan bahwa festival musik keroncong ini disebutnya sebagai sebuah keroncong zaman now atau Neo keroncong.
Bukan untuk merusak tatanan keroncong namun menjadi sebuah produk seni yang terus tumbuh.
"Pijakannya dan ruhnya tetap keroncong, karena ini produk seni dan seni itu tumbuh jadi hal yang wajar bila produk seni ini juga tumbuh," terang Djaduk.