TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga kedelai yang cenderung mahal membuat dosen Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang, Dra Siswi Astuti MP mencari alternatif lain sebagai bahan dasar pembuatan kecap.
“Kami mencari pengganti kedelai yang lebih murah namun memiliki kandungan protein yang mendekati kedelai. Lalu kami menemukannya pada ikan tongkol yang memiliki 16 persen protein, sedangkan kedelai mengandung 15 persen,” ujarnya, Senin (25/12/2017).
Bagian ikan tongkol yang digunakan oleh Siswi sebagai bahan baku kecap adalah bagian kepala yang biasanya dibuang dan menjadi limbah.
“Kepala ikan tongkol itu direndam dalam air asam dan dihidrolisis selama 4 hari. Kemudian cairan yang dihasilkan dimasak dengan bumbu dan gula merah,” terang dosen Teknik Kimia ITN itu.
Hidrolisis ikan tongkol menggunakan enzim papain dari getah pepaya untuk memecah protein menjadi asam amino.
“Hasilnya seperti kecap biasa. Namun yang ini tanpa menggunakan MSG sudah gurih karena dibuat dari ikan,” ungkap Siswi.
Baca: Lontong Nikmat Khas Medan Ini Bisa Ditemukan di Kota Bandung, Lengkap dengan Tauco dan Teri Medan
Baca: Selain Nikmat Disantap, Soto Boyolali Juga Disebut Berkhasiat Cegah Anemia
Hal itu juga menjadi keunggulan kecap ikan tongkol. Karena jika menggunakan kedelai, kecap membutuhkan MSG untuk menjadikan rasanya gurih. Padahal MSG tidak baik untuk tubuh.
“Atau caranya dengan menggunakan kedelai yang cukup banyak. Sementara harga kedelai cukup mahal. Jadinya tidak mungkin jika tidak menggunakan MSG untuk mengakali rasa gurih,” katanya.
Kecap ikan tongkol tersebut sudah mulai dipasarkan dan bisa awet hingga 6 bulan meski tanpa bahan pengawet.
“Sebagian orang masih kurang cocok dengan bau amis yang tercium dari kecap ini,” ujarnya.
Oleh karena itu tim masih terus mengembangkan agar kecapikan tongkol itu tidak berbau amis.
“Misalnya dengan perendaman ikan tongkol dengan bahan lain. Sejauh ini kami menggunakan asam jawa dan bahan tersebut sudah paling baik,” tutur dia.
Kecap ikan tongkol dijual dengan harga Rp 8.000 untuk satu botol berukuran 180 ml.
“Racikan terakhir sudah mulai berkurang bau amisnya. Namun memang harus dipilih makanan yang pas disandingkan dengan kecap ini. Misalnya tahu atau tempe masih pas,” ungkapnya.
Penulis: Neneng Uswatun Hasanah