Sangat diterima dalam masyarakat di sana, Henry juga menjalankan sejumlah ritual adat agar tubuhnya bisa ditato seperti yang dimiliki orang Mentawai.
Tato yang disebut Titi ini merupakan tato tertua di dunia, yang diperkirakan sudah dirajah ke tubuh orang Mentawai saat mereka mendarat di pantai barat Sumatera pada Zaman Logam (1500 SM-500SM).
Dia juga mempelajari lebih banyak tentang sistem kepercayaan suku bangsa Mentawai yang disebut Arat Sabulungan.
"Mereka mempercayai bahwa semua hal di alam memiliki jiwa dan kalo manusia akan meninggal, jiwa mereka akan kembali ke alam dan menjadi bagian dari alam," jelasnya.
Sayangnya, saat ini nggak semua orang Mentawai meneruskan pesan luhur ini. Generasi baru mulai mengikis cara hidup tradisional orang Mentawai.
"Semakin menghilang. Hal ini masih hidup di kalangan tetua, mereka ingin terus meneruskannya kepada generasi berikutnya," ujarnya.
Menurut Henry, orang Mentawai saat ini sudah dapat hidup secara bebas, berbeda dengan para leluhur mereka. Selama Henry tinggal di sana, dia membuat film dokumenter yang diberi judul As Worlds Divide.
Dia berharap film perjalanan delapan tahunnya dapat menyoroti bagaimana kehidupan asli orang Mentawai.
"Saya belajar banyak. Saya belajar betapa hanya sedikit yang diperlukan untuk bahagia. Hal itu jelas bukan berasal dari materi."
"Benar-benar dari dalam diri sendiri dan hubungan kita dengan keluarga dan teman. Saya pikir bagi semua kebudayaan asli, hal itulah yang menyebabkan mereka bisa bertahan selama puluhan ribu tahun," papar Rob Henry.