Laporan Reporter Tribun Jogja, Noristera Pawestri
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN - Merelakan anaknya untuk kuliah di luar negeri, bukan perkara mudah bagi orang tua, terlebih selepas SMA.
Apalagi jika kemudian di negara tersebut anak-anak tidak hanya belajar di kampus saja, tapi mereka juga bekerja untuk memenuhi biaya kuliahnya sendiri.
Dengan segala proses tentunya tidak mudah bagi orangtua harus jauh dari anaknya demi kesuksesan anaknya menggapai masa depan yang lebih baik.
Hal serupa dirasakan oleh Ena Susilowati warga Pandean, Sidoluhur, Godean, Sleman ini sempat berat hati saat melepas putranya, Izzudin Muhammad (21) untuk kuliah di luar negeri.
Ena menuturkan, awalnya Izzudin sempat mogok tidak mau meneruskan kuliah.
Izzudin yang waktu itu tengah menempuh pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Yogyakarta tiba-tiba mengurungkan niat untuk melanjutkan kuliah
"Anak saya nggak mau kuliah, kerjaannya cuma main handphone, glundang-glundung di kamar," papar Ena beberapa hari yang lalu ketika ditemui dalam acara NIEC.
Melihat tingkah laku anaknya, Ena menanyakan apa yang sebenarnya diinginkan oleh Izzudin.
Ketika ditanya Ibunya, Izzudin menjawab dirinya ingin melanjutkan kuliah di Australia.
Mendengar jawaban putranya, Ena sempat tidak percaya atas keinginan Izzudin.
"Ya Allah le Australia adoh duit seko ngendi? (Ya Allah Nak, Australia jauh uang darimana). Trus saya pusing takut kalau (Izzudin) terpengaruh lingkungan bagaimana ini. Akhirnya saya tinggal haji itu," lanjut Ena.
Ena menuturkan, selama dirinya berangkat beribadah haji, diam-diam putranya menabung di rumah dari hasil menjaga toko elektronik miliknya.
"Saya itu betul-betul nggak tahu anak saya nabung. 'Mi aku nabung dapat Rp 50 juta'. Tahu-tahu saya di bawa ke bank untuk tanda tangan," ujarnya.