Mengingat tempe selama ini masih dipandang sebagai makanan murahan, karena tidak ada di restauran dan hotel bintang lima.
"Padahal protein dan B12 di dalam tempe tidak kalah dengan daging. Terlebih makanan dari nabati tidak menyebabkan radikal bebas seperti daging."
"Radikal bebas kan menyebabkan penyakit. Saya ingin dengan acara ini memberitahu apa sih sebenarnya tempe itu, di Indonesia murahan sebaliknya masyarakat Eropa sedang berlomba membuat tempe," terangnya.
Hendro menuturkan saampai saat ini masalah yang dihadapi para pembuat tempe adalah, mereka harus menggunakan kedelai impor agar hasil tempe bagus.
"Kalau pakai kedelai lokal lebih kecil, tapi sebenanya itu gak masalah. Karena yang jadi masalah adalah kedelai lokal itu yang dijual 10 persennya tanah kering campur daun kering. Kurang bersih, kita harus pilihin dulu, ngga bisa langsung pakai," tambahnya.
Untuk itu Hendro menitipkan pesan agar pemerintah mengedukasi petani untuk hal-hal seperti itu.