"Saya sangat mencintainya," kata Bustami dengan mata berkaca-kaca.
Saat hari maut itu, Bustami sudah melarang istrinya pergi sendirian ke kebun.
Tapi Laiga tetap pergi ke kebun, sementara Bustami yang sedang sakit menjaga anaknya yang masih bayi di rumah.
Tak ada firasat apapun terhadap kepergian istrinya tapi mungkin saja bayinya yang merasakan firasat bahwa ibunya akan pergi meninggalkannya untuk selama-selamanya.
Karena bayinya menagis terus-menerus, Bustami tergerak langkahnya untuk menjemput sang istri ke kebun jagung.
Dan di sana, ia melihat istri yang sangat ia cintai tergeletak tak bernyawa.