News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tambak Terluas di Indonesia, Tapi Produksi Udang di Kaltara Masih Minim

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Areal tambak di pesisisr Kabupaten Bulungan diabadikan beberapa waktu lalu.

Laporan wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Luas tambak di Kalimantan Utara merupakan yang terluas di Indonesia yaitu 149.958 hektare. Tambak itu umumnya tersebar di tiga daerah yaitu Bulungan, Tana Tidung, dan Nunukan.

Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Utara mencatat, luas tambak di Kabupaten Bulungan mencapai 27.113,84 hektare.

Dari jumlah itu terdapat sebanyak 8.426,97 hektare di kawasan Areal Penggunaan Lain (APL), dan seluas 18.686,87 hektare di kawasan Hutan Produksi (HP).

Kemudian di Tana Tidung luas tambaknya mencapai 6.483,53 hektare yang terdiri dari 4.353,79 hektare di kawasan APL dan 2.129,73 haktare di kawasan HP.

"Di Nunukan ada 169,24 hektare, itu semuanya ada di kawasan hutan produksi juga. Ini pekerjaan kita untuk melegalisasi areal tambak. Artinya perlu disertifikatkan," kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kalimantan Utara, Jumat (26/1/2018).

Walau memiliki tambak yang luas, Kalimantan Utara belum mampu mencatatkan produksi hasil tambak yang sangat melimpah, utamanya udang.

Sekitar 112 ribu hektare tambak yang diisi udang, rata-rata hanya bisa memproduksi 50 kilogram sampai 60 kilogram per hektar udang.

Baca: Kaltara Targetkan Dalam Empat Tahun Lahan Tambak Tersertifikasi 100 Persen, Prioritas APL

Padahal kata Amir produksi udang bisa dimaksimalkan sampai 500 kilogram per hektare.

Letak masalahnya ada pada luas setiap petak tambak. Lalu cara budidaya yang masih sederhana.

Amir mengatakan, secara ideal luas setiap petak tambak hanya 2 sampai 3 hektare.

Sedang petambak di Kalimantan Utara masih banyak yang membuat satu petaknya seluas puluhan hektar.

"Itu mempengaruhi kuantitas hasil panen," katanya.

Petambak juga belum menerapkan kolam penampungan air untuk mengatur kadar keasinan air di tambak utama.

Kadar keasinan atau kadar garam yang tidak sesuai antara kadar di pembibitan dengan kadar di tambak bisa mempengaruhi pertumbuhan benur atau bibit udang.

"Kalau kadar garamnya di pembibitan dengan di tambak itu beda, maka benur pasti banyak yang mati. Makanya perlu ada kolam penampungan air. Itu untuk menjaga kadar garam di tambak," katanya.

Selain itu, penggunaan pestisida untuk mengusir hama di tambak juga berpengaruh terhadap daya dukung lahan.

"Kami akan berupaya sosialisasikan beberapa hal tersebut, supaya bisa dicarikan solusi dan dibenahi agar produksi kita bisa lebih meningkat," katanya. (Wil)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini