News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pasien KLB Campak dan Penderita Gizi Buruk Cepat Pulih

Editor: Eko Sutriyanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Satgas Terpadu Kemanusian mengevakuasi 14 orang penderita gizi buruk dan campak ke RSUD Agats dari Distrik Atsj Kabupaten Asmat, Papua, Jumat (19/1/2018).

TRIBUNNEWS.COM, PAPUA - Masa pemulihan kesehatan pasien campak dan gizi buruk yang dirawat di RSUD Agats Kabupaten Asmat, Papua berjalan baik.

Penguatan Puskesmas dan kesehatan lingkungan menjadi fokus tindak lanjut Kemenkes berikutnya.

Dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia Dimas Dwi Saputro, Sp.A., Fathih Juandi Pohan, Sp.A., dan M. Kurniawan T Kadafi Sp.A(K) yang bergabung dalam Flying Health Care (FHC) gelombang I memastikan, kondisi pasien pulih.

“Terlihat dari keadaan umum seperti keluhan berkurang, asupan makan dan minum bertambah, dan kenaikan berat badan mereka,” jelas Dimas yang bertugas pada 17-25 Januari 2018 lalu.

Dari sisi klinis, menurutnya, respon perbaikan gizi nampak cepat. Asupan makanan untuk akselerasi capaian perbaikan gizi serta kalori untuk mengejar pertumbuhan badan kepada pasien gizi buruk di RSUD Agats, dinilainya sudah sesuai.

Sepanjang pengamatannya di distrik Fumiripits dan Suru-Suru, sebagian besar pasien campak dan gizi buruk memang membaik kondisinya.

Namun, ada kecenderungan kembali lagi ke pola hidup alamiahnya di hutan.

Baca: Pasien Tak Lagi Tertampung di RSUD Agats

“Peran pola makan keluarga berpengaruh besar pada gizi anak. Masyarakat bisa mengubah pola hidup dengan memperhatikan kesehatan keluarga dan lingkungan. Karena yang menjadi penyebab gizi buruk dan campak itu ada banyak faktor seperti pola makan, tidak PHBS (berperilaku hidup bersih dan sehat), dan tidak menjaga kebersihan lingkungan,” papar Dimas.

Pengalaman membantu pemulihan kasus gizi buruk di Asmat memperlihatkan, kondisi pasien sudah bagus dan diperbolehkan pulang, tetapi beberapa waktu kemudian pasien tersebut kembali lagi dengan masalah yang sama.

“Gizi buruk bukan hanya soal makan. Pasien sudah kembali ke kampung, tapi balik lagi ke rumah sakit dengan gizi buruk karena orangtuanya tidak memberi pola makan yang benar dan lingkungan tidak bersih,” kata Dimas.

Tim IDAI pun merekomendasikan kepada pemerintah agar pasca pemulangan pasien perlu mengajak kader per distrik untuk datang ke Agats.

Tujuannya untuk merawat warga dari distrik yang sama sekaligus dilatih menangani kasus agar tidak terulang dan kader terus dapat melakukan pendampingan perbaikan pola makan anak dan keluarganya.

Diberikan pula antibiotik kepada penderita gizi buruk, vitamin A, vitamin C, vitamin B kompleks serta asam folat. Pemantauan kenaikan berat badan pun dilakukan setiap pagi.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini