TRIBUNNEWS.COM, KUPANG - Sambutan begitu antusias dari masyarakat Sumba ketika kehadiran pasangan calon gubernur NTT Benny Kabur Harman dan Benny Litelnoni di tanah Sumba Daya Barat.
Ribuan orang hadir dalam deklarasi dan ritual adat cagub yang diusung Partai Demorkat, PKS, dan PKPI yang berlangsung di Gedung Serba Guna Aula Paroki Katedral, Sumba Barat Daya, Kamis 7 Januari 2018.
Sebelum melakukan deklarasi dan ritual adat Benny K Harman menemui Uskup Weetebula, Mgr. Edmundus Woga, CSsR di Istana keuskupan Weetebula, Sumba Barat Daya, NTT.
Kehadiran Benny untuk meminta doa dan restu keikutsertaanya sebagai cagub NTT yang berpasangan dengan Benny Litelnoni.
Usai bertemu dengan uskup, pasangan yang disebut pasangan HARMONI melakukan kegiatan deklrasi dan ritual adat untuk meminta doa dan restu kepada leluhur dan dukungan dari masyarakat Sumba.
Sebelumnya ritual adat dilakukan di Ruteng, Manggarai.
Ritual adat "Wuat Wai" adalah salah satu ritual pembekalan dari leluhur. Ritual tersebut sering dilakukan masyarakat Manggarai setiap kali melakukan kegiatan baik pernikahan, termasuk kegiatan besar sepeti keinginannya maju di pilkada.
Dalam ritual disediakan ayam putih air arak. Dan untuk ritual adat di Sumba pasangan cagub Benny K Harman dan Benny Litelnoni potong kerbau.
Potong kerbau sebagai dukungan dari masyarakat Sumba atas majunya sebagai calon gubernur NTT dan juga sebagai yaitu doa dan restu kepada leluhur.
Pada kesempatan itu cagub Benny diberikan pedang untuk memulai pemotongan hewan kerbau. Dalam sambutannya Benny mengatakan bahwa keseriusannya maju sebagai dikarenakan keterpanggilannya untuk membangun NTT.
Menurut Benny masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan di NTT, utamanya pembangunan, mensejahterakan masyarakat dan meningkatkan perekonomian.
"Saya terpanggil bagaimana meningkatkan pembangunan, bagaimana meningkatkan lapangan kerja. Jadi saatnya saya pulang kampung bagaimana membuktikan agar NTT lebih baik," tegas Wakil Ketua Komisi III ini.
Karena itu untuk membuktikan keseriusannya membangun NTT dirinya lebih awal mundur dari DPR, meski KPU belum menetapkan sebagai peserta pilgub NTT 2018.
"Bilamana lebih enak saya memilih di Jakarta, tapi karena NTT rumah saya, tentunya saya harus pulang kampung," papar politisi yang tiga periode menjadi anggota DPR RI.