Laporan Wartawan Tribun Kaltim Niko Ruru
TRIBUNNNEWS.COM, NUNUKAN - Sejak otoritas Negara Bagian Sabah, Malaysia menerapkan persyaratan ketat untuk kapal pengangkut barang asal Kabupaten Nunukan, sudah 40 hari para pengusaha di Nunukan tidak lagi mengangkut barang dari Tawau, kota terdekat di Malaysia.
"Dampaknya beberapa kebutuhan pokok yang biasanya didatangkan dari Malaysia mulai langka sehingga harganya juga ikut melonjak," ujar Hastanuddin, Wakil Ketua Himpunan Pedagang Lintas Batas Kabupaten Nunukan, Jumat (9/2/2018).
Hastanuddin mengatakan, sebenarnya para pengusaha yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Lintas Batas (HPLB) Kabupaten Nunukan sudah menyiapkan beberapa unit kapal besi.
Hanya saja untuk mengoperasikannya bukanlah persoalan yang mudah.
"Kami ini masih banyak yang harus kita hitung-hitungan. Termasuk kebijakan dari pihak terkait seperti dari Syahbandar, dari Bea Cukai. Itu mesti kami duduk bersama lagi. Makanya kami tetap mempertahankan kapal kayu," ujarnya.
Bagi para pengusaha, kapal kayu lebih efisien terutama banyak biaya yang bisa terpangkas.
Baca: Kapal Pencari Pesawat MH370 Bersandar Diam-Diam di Perth
"Jadi daya beli masyarakat bisa terjangkau. Karena apabila kami menggunakan kapal besi, tidak dipungkiri daya beli masyarakat akan melompat sampai beberapa persen. Itu salah satu pertimbangan kami dari HPLB masih bertahan untuk menggunakan kapal kayu," ujarnya.
Selain itu, kapal kayu bisa bersandar di mana saja di pesisir pantai yang memiliki dermaga tradisional.
Sementara jika harus menggunakan kapal besi, kapal harus bersandar di pelabuhan resmi, Pelabuhan Tunon Taka, Kecamatan Nunukan. "Dan mengingat sekarang Tunon Takasudah sangat padat," ujarnya.