Laporan Reporter Tribun Jogja, Ahmad Syarifudin
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Suasana ramah dan sangat bersahabat, ketika Tribun Jogja tiba di Gereja Santa Lidwina, Senin (12/02/2018) pagi sekira pukul 08.30 WIB.
Tak ada kesan mencekam apalagi ketakutan yang terpancar dari raut wajah para jemaah yang sudah menggerombol duduk-duduk di serambi gereja.
Sudah tak ada lagi garis polisi. Gerbang besi dan ketiga pintu utama gereja terbuka lebar.
Para jemaah di dalam bangunan utama gereja terlihat membersihkan setiap jengkal sudut ruangan.
Patung bunda Maria dan Yesus telah dipindah keluar. Kursi jemaah dilap dan hordeng dilepas untuk dibersihkan.
Bercak darah yang tercecer di lantai utama gereja di semprot disinfektan dan digosok hingga mengkilap.
Di antara jemaah yang tengah membersihkan bangunan gereja pagi tadi adalah Martinus Parmadi Subiantara.
Dia adalah korban pertama yang dibacok oleh pelaku dalam tragedi berdarah kemarin.
Di tengah aktifitas pembersihan gereja, ia bercerita, pada mulanya, Minggu (11/02/2018) pagi sekira pukul 07.20 WIB, seperti pada ibadah sebelumnya, ratusan jemaah tengah khusuk menjalankan ibadah Misa Ekaristi.
"Belum genap pukul 07.30 WIB, ketika kemuliaan hampir habis, pelaku datang jalan kaki dari arah barat Gereja, menenteng pedang, posisi pedang sudah telanjang," ujar Martinus, Senin (12/02/2018)
Dijelaskan Martinus, memasuki gerbang besi Gereja, pelaku merapalkan kalimat-kalimat yang ia tidak tahu dan sukar dimengerti maksudnya.
Pelaku berikat kepala, memakai kaos, dan bercelana panjang.
Berjalan kaki memasuki gereja lewat gerbang utama, dengan pedang di tangan kanan.