Laporan Reporter Tribun Jogja, Rendika Ferri K
TRIBUNOGNEWS.COM, GUNUNGKIDUL - Belalang dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai hama yang merugikan petani.
Namun siapa yang menyangka, belalang itu membawa nasib yang baik bagi pasangan suami istri Sukir dan Suliani, warga Dusun Karangasem, Desa Mulo, Kecamatan Playen, Gunungkidul.
Dahulu kedua pasangan suami istri itu hanya buruh serabutan.
Mereka kemudian memutuskan untuk menjual belalang goreng di pinggir jalan.
Mereka menggantungkan hidupnya dari sana. Sedikit demi sedikit pundi-pundi uang pun terkumpul.
Tak hanya untuk menghidupi keluarga, bahkan sampai membawa mereka terbang ke tanah suci untuk beribadah umroh.
Sukir (60) saat ditemui di lapak belalang gorengnya di Jalan Yogyakarta - Wonosari, tepatnya di Hutan Teleseh, Playen, Gunungkidul, bercerita, sebelum seperti sekarang ini, dahulu dirinya bekerja sebagai buruh serabutan dengan penghasilan yang hanya sedikit.
Dia pun mencoba berbagai cara untuk mengumpulkan pundi-pundi uang, demi untuk menghidupi istri dan anaknya.
Ia berusaha memberikan kehidupan yang layak untuk keluarganya.
Namun, pekerjaannya hanya sebagai buruh serabutan. Upahnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja.
"Saya ini dahulu buruh serabutan yang tak menenentu hasil yang didapatkan setiap bulannya. Hidup kami masih susah. Kami mencoba berbagai cara, tetapi hidup kami tak kunjung membaik. Meskipun begitu, kami tetap sabar dan terus berusaha,"ujar Sukir, Rabu (21/2/2018).
Dirinya pun tak lantas putus begitu saja. Sukir terpikir untuk menjual belalang goreng.
Awalnya, Sukir hanya menjual gorengan kemasan.
Ternyata respon masyarakat cukup baik. Belalang gorengnya terjual laris.
Dia pun terpikir untuk mendapatkan lebih banyak penghasilan dengan memproduksinya secara langsung.
"Saya belajar dahulu ke orang-orang yang sudah memproduksi belalang goreng, tanya-tanya kepada mereka yang ahli. Tahapnya cukup lama. Sampai akhirnya kita bisa berjualan sendiri," ujarnya.
Awal-awal berjualan, tak banyak pembeli yang membeli belalang goreng buatannya.
Hanya satu atau dua orang yang lewat di Jalan Yogyakarta-Wonosari.
Namun Sukir dan istrinya tak patah arang Mereka tekun berusaha.
Sejak pagi pukul 07.30, mereka sudah berjualan. Menanti para pembeli.
Gayung pun bersambut. Nasib baik mulai menghampiri mereka.
Selama dua tahun terakhir omset penjualan belalang goreng yang dijual dadakan ini terus meningkat.
Rata-rata dia bisa menjual 20 sampai 40 toples kecil. Satu toples dihargai Rp 25.000.
Baca: Nostalgia, Kamu Mungkin Belum Tahu Seperti Ini Wujud Asli Belalang Tempur dan Ridoron
"Kadang menghabiskan 2 sampai 6 kg belalang mentah sehari. Kami datangkan dari kebumen, dan kulonprogo karena disini sudah tidak banyak," ujar Sukir.
Tak hanya berjualan di pinggir jalan, anak semata wayangnya Rahmat Setiyawan mengembangkan bisnis yang dirintisnya ini.
Rahmat berjualan belalang menggunakan akun media sosial Facebook.
Belalang goreng dikemas lebih baik lagi.
Tak lagi menggunakan toples tetapi menggunakan wadah lebih bagus menggunakan plastik flip sehingga nilai jualnya lebih tinggi.
Produknya pun bisa dikirim ke berbagai daerah, bahkan hingga mancanegara.
"Untuk luar kota, langganan pesanan berasal dari Bali. Untuk luar negeri, pesananan datang dari Hongkong, Singapura dan Malaysia," ucap Sukir.
Berkat jerih payah merek, kini Sukir dan Suliani dapat mencukupi kebutuhan keluarga.
Rahmat, putra tunggal mereka yang dahulu harus putus sekolah karena keterbatasan biaya saat itu, kini kehidupannya semakin membaik.
Putra mereka pun dapat menikah dan dikaruniai dua orang anak.
Tak hanya itu, berkat dari penjualan belalang goreng bahkan mampu membawa pasangan suami istri ini terbang ke tanah suci untuk melakukan ibadah umroh.
"Rakmat hanya lulusan SMP, saat ini sudah memiliki dua orang anak. Alhamdulillah hasilnya lumayan bisa ditabung. Kemarin, sudah berangkat Umroh Februari 2018 lalu, saya sama istri saya" ujar Sukir.
Sukir mengaku tak ada doa khusus, dirinya hanya mengucapkan syukur atas pemberian rejeki yang diterima, selamat Dunia, dan Akhirat.
Dirinya mengaku bersyukur dengan capaian saat ini, dan tetap bersikap rendah hati dan selalu beramal.
"Rejeki ini hanya titipan. Bagi kami, yang paling penting adalah akhirat nanti mas," katanya.(TRIBUNJOGJA.COM)