TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Seminggu setelah peristiwa berdarah di cafe Yayang, di lorong dekat terminal Purabaya, Bungurasih, Sidoarjo, polisi akhirnya merilis para pelakunya.
Ada empat orang yang ditetapkan tersangka atas terbunuhnya M Saiful alias Mbok Tum di cafe itu.
Mereka adalah M Harianto alias Arik (35), warga Dusun Ketapang, Desa Suko, Kecamatan Sukodono, Sidoarjo; Ahmadin alias Amak (45), warga Desa Sumberagung, Kecamatan Kedung, Blitar; M Ma'mun Junaidi alias Edi (30), warga Bungurasih Timur Sidoarjo; dan Marluwi alias Umar (30), warga Desa Kanegarah, Kecamatan Konang, Bangkalan.
Baca: Sebelum Dicor di Kamar Mandi, Fitri Sempat Bercinta Dengan Pelaku, Berikut Kisahnya
Para tersangka ini punya peran berbeda dalam peristiwa berdarah yang menewaskan Mbok Tum, Senin (20/2/2018) pukul 02.00 WIB.
Harianto misalnya, diketahui membawa dua celurit atas permintaan Marluwi.
"Sedangkan Ahmadin memukul korban menggunakan galvalum, Ma'mun memukul korban dengan kayu papan, dan Marluwi membacok serta memukul korban," kata Kapolresta Sidoarjo, Kombespol Himawan Bayu Aji di Polsek Waru.
Selain para tersangka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti.
Di antaranya, sebilah pedang sepanjang 60 centimeter milik Mbok Tum, dua bilah celurit milik Marluwi, patahan kayu milik Ma'mun Junaidi, selonjor galvalum 1,5 meter, kaos warna hijau muda dan celana jeans milik Harianto, baju bernoda darah milik korban Mbok Tum, dan pecahan pot bunga.
Menurut Himawan, carok maut itu disebabkan cekcok mulut.
"Berdasar keterangan para saksi dan empat pelaku yang sudah tertangkap, penyebab kejadian hanya cekcok mulut," kata Himawan saat mendatangi lokasi, Selasa (27/2/2018).
Dugaan adanya persoalan perebutan lahan atau perang antargeng tidak ditemukan dalam penyidikan.
"Dua kelompok yang terlibat perkelahian itu sama-sama pengunjung cafe. Dan mereka bertengkar karena cekcok mulut saja," tandasnya.
Diceritakan, Senin (20/2/2018) dinihari pukul 02.00 WIB, M Saiful alias Mbok Tum terlibat cekcok mulut dengan Slamet Hariyanto alias Kebo di cafe Yayang.
Awalnya peristiwa itu bisa dilerai dan Mbok Tum keluar meninggalkan cafe.
Tak lama kemudian Kebo juga keluar, dan berjarak sekitar 10 meter dari cafe terjadi pertengkaran antara Mbok Tum dan Kebo.
Mbok Tum kemudian pulang, dan sekitar pukul 03.00 WIB, saat cafe sudah tutup, dia kembali lagi bersama rekannya bernama Kutis. Saat itu Mbok Tum sudah membawa sebilah pedang.
Mbok Tum sempat membacok Kebo mengenai dahi kiri dan tiga jari kanannya hampir putus. Lalu datang Agus, rekan Kebo, juga langsung dibacok oleh Mbok Tum mengenai dahi, kepala bagian belakang, dan telapak tangan kanan.
Sesaat kemudian datang Umar, dan terjadilah perkelahian dengan Mbok Tum. Di sela perkelahian itu, Amak datang membawa galvalum dan langsung memukulkannya berkali-kali ke kepala Mbok Tum.
Bersamaan dengan itu, datanglah Edi membawa kayu papan dan memukulkannya ke kepala Mbok Tum hingga terjatuh. Saat itu, Umar langsung menghujamkan celurit ke tubuh Mbok Tum. Pria inipun tewas bersimbah darah.
"Selain karena luka bacok, pukulan menggunakan galvalum dan kayu ini yang mengakibatkan Mbok Tum meninggal dunia. Satu sisi dia menjadi korban, tapi di sisi lain juga sebagai tersangka karena sempat membacok korban lain. Namun kasusnya gugur lantaran telah meninggal dunia," papar Kapolres.
Di sela menjalani pemeriksaan di Polsek Waru, para tersangka mengakui persoalan ini berawal dari perselisihan mereka ketika sama-sama menjadi pengunjung cafe tersebut. Akibat pengaruh minuman keras, cekcok mulut dinihari itu berujung pertumpahan darah. (M Taufik)