TRIBUNNEWS.COM - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) memperjuangkan program pengembangan kewirausahaan di pesantren atau pesantrenpreneur agar menjadi program nasional yang terintegrasi dengan baik. Aspirasi itu disampaikan ke Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Sidang Dewan Pleno II dan Rapat Pimpinan Nasional HIPMI di Tangerang, Rabu (7/3/2018).
“Tadi Pak Jokowi membuka acara HIPMI tersebut, dan HIPMI Jatim secara khusus menyampaikan secara langsung soal pentingnya pesantrenpreneur kepada beliau,” kata Ketua HIPMI Jatim dr Mufti Anam.
Anam menjelaskan, Presiden Jokowi merespons dengan baik aspirasi HIPMI tersebut. HIPMI juga bakal dilibatkan dalam pengembangan program Pesantrenpreneur untuk melahirkan santri-santri pengusaha berkelas nasional dan dunia.
“Penguatan kewirausahaan di kalangan anak muda pesantren atau santri selaras dengan program Ketua Umum HIPMI Bahlil Lahadalia yang intens mengajak anak-anak SMA dan kampus untuk berani berbisnis,” kata Anam
Dia menambahkan, saat ini pemerintah memang terus mendorong bertumbuhnya kewirausahaan di kalangan anak muda. Sangat masif terlihat kerja-kerjanya untuk mengajak anak muda jadi entrepreneur, terutama ini terasa di komunitas-komunitas kreatif di kota besar.
Namun, untuk segmen anak muda santri masih belum mendapat penanganan terencana dan terintegrasi. Kita punya PR besar bagaimana mencetak anak-anak muda pesantren untuk terjun ke dunia bisnis.
“Yang selama ini berjalan, pesantrenpreneur lebih berbentuk pelatihan-pelatihan sporadis dan bantuan peralatan. Itu pun sangat terbatas di beberapa pesantren. Programnya belum ditunjang, misalnya dengan riset dan intelejen pasar, manajemen hulu ke hilir, kolaborasi antar pesantren, atau pendanaan di mana Presiden Jokowi sudah mewacanakan Bank Wakaf,” ujarnya.
Oleh karena itu, HIPMI berharap Presiden Jokowi bisa menggagas dan mengeksekusi kebangkitan ekonomi umat berbasis pesantren. “Pak Jokowi bisa mewujudkan Pesantren Incorporated, melibatkan koperasi pesantren dan unit-unit usaha yang digerakkan santri. Antar pesantren berkolaborasi, pasti dahsyat karena jumlahnya puluhan ribu dengan estimasi santri lebih dari 5 juta orang,” ujarnya.
Menurut Anam, HIPMI merasa penting untuk memperjuangkan ini setidaknya karena dua hal. Pertama, agar semangat membangkitkan ekonomi anak-anak muda ini tidak hanya bergema sangat kencang di kota-kota besar, tapi sampai desa-desa yang notabene adalah basis pesantren.
Kedua, agar wacana keislaman mengarah ke penguatan ekonomi umat, tidak hanya berkutat pada perdebatan relasi agama dan kebhinekaan yang banyak berujung pada maraknya hoax dan provokasi isu SARA seperti di media sosial saat ini.