TRIBUNNEWS.COM, BALI - Warga sekitar lereng Gunung Agung kaget mendengar bunyi letusan, Minggu (11/3/2018) pukul 23.32 wita.
Letusan yang kedua sejak status diturunkaan menjadi siaga (level III), dibarengi dengan bunyi gemuruh dan gempa kecil.
Senin (12/3/2018), Kadek Jawi (48) warga Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem mengatakan, erupsi semalam memang agak kecil daripada sebelumnya.
Suara erupsi semalam seperti gong yang dipukul namun warga di sekitar tak panik dengan erupsi.
"Warga cuma kaget, nggak ada yang panik. Beberapa jam setelah erupsi warga kembali istirahat ke kamar. Tak ada yang sampai mengungsi," kata Jawi saat ditemui di Pasar Bebandem, Kecamatan Bebandem.
Menurut Kepala Sub Mitigas Gunung Berapi, PVMBG, I Gede Suantika mengungkapkan, erupsi semalam lebih kecil dari sebelumnya.
Letusan sampai pada ketinggian 800 meter dari puncak Gunung, amplitudo 20 mm, dengan durasi 164 detik.
Warna asap putih kelabu, mengarah ke timur, Kecamatan Kubu serta Abang.
Sebarannya tidak sampai ke pemukiman, hanya di puncak dan lereng gunung.
Secara visual asap di kawah bertekanan lemah teramati berwarna putih kelabu. Intensitas sedang.
Pria asli Singaraja menambahkan, letusan semalam menandakan bahwa aliran magma ke kawah masih ada.
Cuma, volumenya lebih sedikit dibanding sebelumnya.
Kegempaan juga masih terekam tiap hari. Jumlahnya kecil, tak seintens dulu.
"Volume lava dipermukaan kawah masih sepertiga, belum ada penambahan signifikan. Asap putih tetap keluar, itu menandakan masih ada aktivitas di dalam gunung. Deformasi mengalami penurunan," tambah Gede Suantika kepada Tribun Bali.