Laporan Wartawan Tribun Jateng, Bare Kingkin Kinamu
TRIBUNNEWS.COM, SLAWI - Jasmadi (67), warga Desa Danasari RT 06 Kecamatan Bojong terus melangkah sigap meski di jalan menanjak.
Kesehariannya sebagai petani membuatnya rela berjalan rumah-sawah sejauh sekitar lima kilometer.
"Nggih dados petani ngeten kagem nedo piyambak (hasil panenannya nanti buat makan sendiri)," tutur Jasmadi, petani Danasari, kepada Tribunjateng.com, Rabu (14/3/2018).
Terlihat wajah keriputnya menandakan usia. Meski telah menginjak kepala enam semangatnya masih terlihat cari setiap langkahnya.
Sore itu, pukul 17.00 WIB dari sawah di lereng makam Danasari Jasmadi hendak pulang di Danasari.
Bapak dari ketiga anak ini mengaku jika ketiga anaknya tidak tamat SMP.
"Anak-anak saya lulusan SD semua. Tapi cucu-cucu saya yang kuliah, biarkan, keadaan memang demikian. Yang penting cucu-cucu saya bisa lebih baik lagi daripada generasi kami," terangnya.
Tampak ingatannya masih jelas, manakala ia menjelaskan jika kehidupan di desa tidak terlalu mahal.
"Kalau makan sehari-hari gampang. Istri saya sekarang ikut anak. Ya anak-anak meski cuma lulus SD tetapi mereka bekerja, membantu dan merawat kami yang telah renta, " terangnya.
Ia mengakui sawah yang ia punya tidaklah luas seberapa.
Namun ia bersyukur masih diberi kehidupan mencapai kepala enam.
Desa Danasari merupakan Desa yang terletak di Kecamatan Bojong dan berupa perbukitan. Kawasan ini masih asri dan alami, tak heran jika sebagian besar penduduknya bermata pencaharian bertani.
Udara sejuk mendominasi wilayah ini, hampir tak terlihat sedikitpun polisi udara di area Desa Danasari. Hanya pepohonan hijau, gemericik air, dan sesekali terdengar kicauan burung.
Melalui Jasmadi terlihat potret kesederhanaan penduduk Desa Danasari.
Ia merupakan potret segelintir keseharian orang-orang Desa Danasari. Meski sudah berumur tetap pergi ke sawah.
"Ini sudah hampir musim panen, biasanya kalau panen begini ya dibantu para tetangga, cukuplah untuk persediaan beras untuk keluarga kami sekitar empat bulan bahkan lebih," terang Jasmadi.
Usai menceritakan sekelumit kisahnya kepada Tribunjateng.com, Jasmadi meneruskan langkahnya melewati jalan Gunung Anjing yang menanjak.
"Jam songo saya berangkat teng saben (pukul 09.00 saya berangkat ke sawah) , sore begini saya pulang, tadi habis membersihkan beberapa rumput dan mengecek umur padi," imbuh Jasmadi, lalu pamit meneruskan perjalanan. (*)