TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Rabu (18/4/2018) pukul 13.30 WIB, banyak rumah penduduk di Dusun Kebakalan Desa Kertosari Kalibening ditinggalkan penghuninya.
Kampung sepi lantaran kebanyakan warga tengah beraktivitas di ladang, terlebih cuaca kala itu terang.
Suara petir menggelegar tak wajar karena dibarengi dengan getaran keras dari perut bumi.
Muslimun yang beberapa langkah lagi sampai di kebun merasa terlempar dari muka tanah yang dia pijak.
Ia terpental hingga jatuh ke jurang sedalam sekira 2 meter.
Nahas, guncangan dahsyat itu memicu pergerakan tanah di kebun hingga sebagian tubuhnya terkubur.
Bayangan anak istrinya di rumah membuat dia berusaha keras untuk bangkit.
Meski tubuh babak belur, Muslimun lari sekencangnya menuju rumah yang kemungkinan telah hancur.
Dari kejauhan, ia menyaksikan kampungnya telah luluh lantak.
Baca: Yusril Sebut Jokowi Jadi Alasan Kader PPP Hengkang, Baidowi: Sejak Kapan Yusril Jadi Jubir PPP?
Hampir semua rumah rusak, sebagian rata dengan tanah.
Bunyi gelegar itu tak lagi terdengar, berganti jerit tangis warga yang dilanda kepanikan.
"Gempa bareng dengan petir. Rasanya seperti dilempar. Saya sempat tertimbun longsor lalu lari karena ingat anak istri di rumah. Untung mereka selamat," katanya.
Usai memastikan keluarganya selamat, Muslimun tak lantas mencari keselamatan sendiri.
Sejumlah warga masih terjebak di balik reruntuhan bangunan.
Ia berusaha menyelamatkan warga sebisanya.
Muslimun melihat dua perempuan tengah menanti pertolongan karena terjepit reruntuhan rumah.
Baca: Bayinya Dirawat akibat Meningitis, Nurul dan Lenny Bingung Cari Uang Rp 250 Juta
Seorang di antaranya merintih sakit karena tak mampu lepas dari tindihan puing.
Seorang lainnya telungkup di bawah puing dalam kondisi pingsan.
"Saya selamatkan dua orang. Dua-duanya telungkup terjepit reruntuhan," katanya.
Perangkat Desa Kertosari Dakhim mengatakan, sebelum ini, gempa juga pernah dirasakan warga tiga bulan lalu meski kekuatannya lebih kecil.
Ia pun tak menyangka gempa bakal terulang dengan dampak yang dahsyat.
Tak ada tanda alam yang menandakan bencana itu akan terjadi.
Menurut Dakhim, sebagian besar rumah di dusunnya rusak karena terdampak gempa.
Lima belasan rumah di antaranya bahkan ambruk hingga tak mungkin bisa ditinggali lagi.
136 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 500 jiwa di dusun Kebakalan tak berani pulang.
Mereka terpaksa harus keluar dusun untuk mengungsi ke tempat yang aman.
Baca: Muntahan Ikan Paus Dibeli Warga Timur Tengah, Nelayan Lamalera Dapat Rp 650 Juta Lebih
Kembali ke Kampung
Kabut tipis masih menyelimuti langit Dusun Kebakalan Desa Kertosari Kalibening, Kamis (19/4/2018) pagi.
Sejumlah pengungsi berduyun-duyun menuju kampung mereka yang luluh lantak.
Para korban ini ingin melihat kondisi rumah mereka yang dikabarkan hancur.
Saat gempa terjadi, warga hanya fokus menyelamatkan jiwa tanpa sempat menengok kondisi rumah.
Kepala Dusun Kebakalan Pujianto meratap sedih kala memeriksa rumahnya yang rusak.
Namun ia masih merasa beruntung karena banyak rumah lain yang lebih parah.
Saat gempa terjadi, ia sedang berada di luar rumah.
Ia merasakan sundulan hebat dari perut bumi hingga tubuhnya terangkat.
Peristiwa itu dibarengi suara petir yang menggelegar keras.
"Ada gelegar langsung rumah-rumah ambruk," katanya.
Kedahsyatan gempa kemarin terlihat dari sisa-sisa reruntuhan rumah di Dusun Kebakalan.
Belasan rumah ambruk hingga rata dengan tanah. Sejumlah perabotan penting rumah masih terjepit reruntuhan puing.
Pujianto tak bisa membayangkan kondisi penghuni rumah yang hancur itu, jika saat kejadian mereka berada di dalam rumah.
Untungnya, saat kejadian, sebagian besar penduduk keluar rumah atau pergi ke ladang.
"Yang rumahnya ambruk pas kejadian kebanyakan mereka tidak di rumah. Ada yang di rumah luka berat," katanya.
Di Dusun Kebakalan, bencana ini memakan korban jiwa.
Kasni (100), meninggal lantaran tertimpa puing reruntuhan rumah.
Ia meninggal saat dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Banjarnegara.
Pujianto mengaku akan mengikuti arahan pemerintah untuk kepastian tempat tinggalnya selanjutnya.
Ia bersedia menempati tempat tinggalnya lagi jika pemerintah menyatakan wilayahnya sudah aman. (tribunjateng/cetak)