"Mungkin karena mereka nyaman dengan suasana di luar, jadi mereka tidak mau kembali," katanya.
Memang kalau bicara kondisi, tidak banyak orang yang mau seperti Mulyadi yang harus meninggalkan keluarganya setiap 15 hari sekali untuk mengabdikan diri menjadi pengajar bagi anak-anak pedalaman TNBT.
Tantangan lainnya adalah akses menuju lokasi sekolah, dimana hanya bisa dilalui dengan jalan kaki atau melewati sungai. Bila ditempuh dengan jalan kaki, maka butuh waktu beberapa hari untuk bisa sampai ke lokasi sekolah.
Sementara bila naik perahu maka harus mengeluarkan uang Rp 900 ribu untuk sekali perjalanan.
Beruntung PKHS masih bersedia membayar biaya perjalanan Mulyadi ke sekolah tersebut. Selain mendapat bantuan transportasi dari PKHS, Mulyadi juga mendapat uang makan sebesar Rp 500 ribu dan gaji sebesar Rp 1 juta dari PKHS.
Selain itu, Mulyadi juga menerima gaji sebagai guru bantu daerah (GBD) Propinsi sebesar Rp 1,9 juta.
Sifat idealis dan kegigihannya itu justru membuat Mulyadi mampu meraih predikat guru berdedikasi tingkat propinsi sebanyak dua kali dan bahkan mewakili Provinsi Riau untuk berlomba sebagai guru berdedikasi tingkat nasional.
Diawali pada tahun 2012 lalu, Mulyadi meraih predikat guru berdedikasi tingkat kabupaten.
Namun dirinya belum berhasil di tingkat propinsi. Kemudian pada tahun 2013 lalu, Mulyadi terpilih kembali sebagai guru berdedikasi tingkat kabupaten, dan berlanjut ke tingkat propinsi hingga akhirnya ia berangkat ke Jakarta bersaing jadi guru berdedikasi tingkat nasional.
Hal sama terulang tahun 2017 lalu, Mulyadi kembali terpilih sebagai guru berdedikasi tingkat kabupaten dan tingkat propinsi. Sekali lagi ia berangkat ke Jakarta untuk mewakili Riau.
"Pada tahun 2017 lalu, ada lima orang guru dari Inhu yang berangkat mewakili Riau," katanya.
Kesempatan yang sangat jarang bagi Mulyadi, pengajar bagi anak pedalaman berangkat ke Jakarta dan bertemu dengan Presiden Republik Indonesia.
Dua kali mewakili Provinsi Riau ke Jakarta dalam lomba guru berdedikasi, merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi Mulyadi.
Terkhususnya ia pernah bersalaman dengan dua orang presiden berbeda periode.
Pertama dengan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2013 dan Presiden Joko Widodo pada tahun 2017 lalu.