Secara teknis, Solihin mengatakan dirinya mendapat tugas dari simpatisan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yaitu Bahrun Naim.
Solihin mengaku tidak terlalu banyak tahu soal perakitan bom, waktu, dan tempat.
“Saya hanya tahu barang sudah jadi,” kata Solihin.
Solihin mengaku ia baru diberi tahu soal rencana rinci sekitar 1-2 pekan sebelum eksekusi.
Wanita berjenggot
Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC), dalam laporan terbaru mereka yang dirilis 31 Januari 2017, mencatat ada pergerakan nyata tentang para perempuan yang ikut berperan dalam kelompok radikal.
Penelitian menunjukkan, keterlibatan itu justru atas dasar inisiatif mereka.
Perempuan sepertinya juga ingin berjuang dan mengambil jatah dalam penyebaran teror.
"Wanita ingin diakui sebagai pejuang sebagai hak mereka," tulis laporan IPAC.
Keterlibatan para perempuan dalam aksi teror ini mengkhawatirkan.
Sebab selain sulit dideteksi, tindakan mereka diyakini bisa memicu motivasi bagi para pelaku teror lainnya.
"Kenekatan pengantin wanita bisa dieksploitasi sedemikian rupa di internal mereka, untuk menyinggung kelaki-lakian mereka agar tidak menjadi wanita berjenggot," ujar pengamat teroris Harist Abu Ulya beberapa waktu lalu.
Pengamat terorisme Harits Abu Ulya mengatakan munculnya "pengantin" (bomber) wanita dalam isu terorisme di Indonesia memunculkan kekhawatiran tersendiri.
Karena hadirnya bomber wanita ini menurut Harits Abu Ulya menjadi pemantik keberanian kaum laki-laki pengikut ISIS untuk bangkit.