Tidak seorang pun dari pihak keluarga dan orang mengenalnya bahwa Pendeta Henderson tega dan nekat membunuh.
Sebab ia terkenal sebagai orang baik, di mata keluarga maupun tetanggganya di Desa Nogo Rejo, Kecamatan Galang, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Kepala Desa Nogo Rejo, Suyono mengatakan selama ini, Henderson ia belum pernah menjelekkan atau mencemarkan nama desa. Sehari-hari ia dikenal sebagai petani karet di lahannya sendiri.
"Ya bagus orangnya, selama ini nggak ada yang aneh-aneh dilakukannya. Sama warga sini belum ada cacatnya lah. Baru kali ini kejadian seperti ini. Saya dan warga lain ya terkejut lah," ujar Suyono.
Hal yang tidak jauh berbeda juga diucapkan Yesi Br Sembiring yang merupakan anak gadis Henderson. Ia mengaku ayahnya itu cukup baik dan rajin beribadah.
"Jangankan minum-minuman, merokok saja dia (Henderson) tidak pernah. Boleh tanya sama warga sini bagaimana orangnya. Orangnya baik tidak pernah buat kecewa (buat malu keluarga selama ini)," kata Yesi.
Yesi sendiri merupakan anak kedua Henderson dan merupakan yang paling bungsu. Henderson mempunyai seorang istri dan dua orang anak.
Rosalia, jemaat sang pendeta juga terkadang tinggal rumah pendeta yang terletak satu kompleks dengan gereja itu.
Ia ditemukan tewas dalam kondisi yang mengenaskan.
Disekujur tubuhnya terdapat luka-luka. Luka kena gorok senjata tajam pada leher, luka benda tumpul pada bagian kepala.
Pada kemaluannya terdapat sperma, sehingga diduga sebelumnya terjadi hubungan seks, yang belum dapat dipastikan apakah suka sama suka ataukah pemerkosaan.
Penangkapan Henderson hanya berkisar 7 jam lamanya setelah kejadian pembunuhan itu ia lakukan.
Tetti boru Silaban adalah saksi mata, yang juga masih mempunyai hubungan keluarga dengan Rosa. Ialah orang yang pertama sekali menemukan jasad korban di kamar mandi, Kamis (31/5/2018) sekitar pukul 10.30 WIB. (dra)