Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ilham Rian Pratama
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Muhammad Syaugi menjelaskan bagaimana upaya instansinya dalam pencarian korban tenggelam KM Sinar Bangun.
Dalam pencarian itu, Basarnas menurunkan robot penyelam sebanyak dua unit yang diberi nama Remote Underwater Vehicle (RUV).
Baca: Kabasarnas: Pencurian Dilakukan Selama 7 Hari
Diakuinya, dalam upaya pencarian tersebut cukup banyak menemui hambatan di lapangan.
Apalagi kedalaman Lokasi Kejadian Perkara (LKP) di Danau Toba, Sumatra Utara mencapai 300-500 meter.
"Enggak gampang (pencarian) itu, kemudian dingin, kita gunakan Remote Underwater Vehicle untuk melihat situasi kedalamam laut. Di dalam itu gelap, pakai senter saja paling bisa lima meter. Nah kita sedang mencari itu, kita kerahkan di dalam air, kalau di atas kan bisa kelihatan," kata Syaugi di Kantor Kementerian Perhubungan, Rabu (20/6/2018).
Dikarenakan kondisi perairan Danau Toba yang tidak begitu luas, usaha pencarian korban dengan RUV belum terlalu optimal.
Namun robot penyelam ini sebelumnya pernah digunakan saat pencarian korban pesawat Air Asia yang jatuh pada pada 2014 silam.
"Tapi enggak mungkin, pada waktu Air Asia itu (robot penyelam) dipakai untuk mencari lebih bagus, tapi ini enggak bisa," ujar Saugi.
Baca: Dirut Jasa Raharja Kunjungi Korban Tenggelamnya KM Sinar Bangun
Diketahui, Kapal Motor Sinar Bangun karam di perairan Danau Toba, Sumatra Utara pada Senin (18/6) saat hendak menuju dermaga Tigaras, Kabupaten Simalungun dari dermaga Simanido, Kabupaten Samosir.
Hingga saat ini, pencarian korban tenggelam masih dilakukan oleh Basarnas dengan bantuan TNI, Polri, dan masyarakat sekitar.