Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Pada Selasa (26/6/2018) siang, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) RI Prof Mohamad Nasir menghadiri dan secara seremonial meletakkan batu pertama (groundbreaking) dalam proyek pembangunan Gedung STIE Bank BPD Jateng.
Di areal lahan seluas sekitar 3.454 meter persegi Jalan Soekarno Hatta Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Nasir berbangga karena penantian panjang agar STIE Bank BPD Jateng dapat secara mandiri membangun gedung, bakal terealisasikan.
“Saya secara pribadi ada ikatan dengan STIE Bank BPD Jateng. Kala itu pada 1996, saya pun turut andil dalam pendirian STIE Bank BPD Jateng,” ucap Nasir dalam sambutannya.
Namun, di sisi lain dia juga memiliki harapan serta permintaan. Dia berharap kepada civitas akademika STIE Bank BPD Jateng untuk tidak terlalu bangga dapat membangun gedung besar atau megah.
“Pendidikan tinggi masa mendatang tidak lagi memerlukan gedung kampus yang besar. Tetapi lebih kepada bagaimana kemampuan sekolah tinggi ini dalam pengembangan inovasi, khususnya di bidang teknologi,” ucapnya.
Kepada Tribunjateng.com, Selasa (26/6/2018), dia mengutarakan, secara global tidak ada lagi suatu sekolah pendidikan tinggi yang masih memiliki cara pandang secara feodal (konvensional).
“Harapan besar kami, STIE Bank BPD Jateng tidak lagi sekadar menyiapkan para lulusan untuk menjadi pegawai perbankan. Tetapi juga harus berkemampuan mengelola keuangan secara baik,” terangnya.
Atas dasar itu, Nasir meminta STIE Bank BPD Jateng untuk bisa membuka program studi (prodi) bidang finance engineering (teknik finansial).
Dan jika dikonkretkan lagi, memiliki studi coding. Menurutnya, itu penting karena di Indonesia pada bidang tersebut masih sangat kurang.
“Itu penting terlebih ketika dikaitkan dengan perkembangan teknologi informasi pada era disruptif seperti saat ini dimana daya saing global tanpa lagi ada batasan. Dan ini menjadi tantangan besar dan utama mulai sekarang,” tandasnya.
Dia mencontohkan hal konkret yang kini telah dijumpai. Dimana dalam pengelolaan keuangan secara umum sudah berubah.
Perbankan di Indonesia tidak lagi memberikan layanan maupun produknya secara konvensional.
“Semua urusan keuangan telah dipindahkan ke media bernama handphone. Dimana pada smartphone tersebut sudah terkoneksi dengan bank. Tidak lagi dalam transaksi keuangan menggunakan uang tunai,” beber Nasir.
Nyaris, lanjutnya, seluruh aktivitas berkait jasa keuangan kini telah memanfaatkan teknologi.
Karenanya, itu bagian serta perhatian sekaligus tantangan ke depannya. Karena itu pula, kini jangan terlalu bangga memiliki kampus besar.
“Tetapi semestinya bangga ketika memiliki jaringan yang kuat serta luas. Kelak seperti di STIE Bank BPD Jateng, para mahasiswanya ada di berbagai wilayah di Indonesia. Mereka tidak perlu datang lagi ke Kota Semarang untuk kuliah di STIE Bank BPD Jateng,” tandasnya.