TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Muhammad Erlangga atau bisa disapa teman-temannya Angga ME (14) tampak banyak diam kala ditemui di kediamannya di Jalan A Yani Km2, Komplek Veteran RT 17 Banjarmasin Tengah.
Mengenakan T Shirt warna hijau, remaja bertubuh bongsor tampak duduk di samping Zainab sang ibu.
"Ia pengin," paparnya ketika ditanya apakah pengin sekolah lagi seperti biasanya..
Zainab sang ibu menuturkan sang anak Angga memang sejak sekitar setengah bulan ini tak lagi bisa duduk di bangku sekolah seperti hari-hari sebelumnya dimana ia sekolah di SMPN 26 Banjarmasin.
"Ia dipindah karena katanya tak mampu atau anak berkebutuhan khusus," papar sang ibu yang juga satu Aparatur Sipil Negara (ASN) ini.
Diceritakannya sang anak awalnya memang menuntut ilmu di SMPN 26 Banjarmasin sejak kelas VII dan VIII.
Kemudian saat naik kelas IX anaknya disuruh pindah karena katanya sang anak berkebutuhan khusus (ABK).
Ia 'menyesalkan' jika anaknya disuruh pindah kenapa tidak saat dulu-dulu seperti saat kelas VII atau kelas VIII, tidak saat naik kelas IX. Dan atas saran Kepsek SMPN 26 anaknya disuruh pindah ke SMPN 10 Banjarmasin.
Namun yang membuatnya bingung dan sedih, sang anak yang memang ingin menuntut ilmu ini tak kunjung diterima di SMPN 10 Banjarmasin.
Padahal ia juga telah memeriksakan anaknya ke psilolog dalam hal ini Biro Jasa Psikologi Creative Center. Disini hasilnya IQ sang anak memang sedikit dibawah dan perlu bimbingan.
Terpisah Kepala Sekolah SMPN 26 Banjarmasin ,Achmad Syarwani yang dikonfirmasi, Rabu (25/7) siang mengatakan keputusan 'memindahkan' ME karena didasarkan rapat dewan guru dimana dikatakan bahwa ME tak bisa mengikuti pelajaran reguler atau masuk anak berkebutuhan khusus (ABK).
Dan harus dicarikan sekolah inklusi dan yang merupakan sekolah inklusi adalah SMP 10 , SMP 14, dan SMP 32.
"Karena disini (SMP 26, Red) tidak sekolah inklusi," papar Achmad Syarwani yang baru menjabat sebagai Kepsek ini.
Kenapa baru diminta pindah saat yang bersangkutan kelas IX yang notabenya nantinya sebentar lagi mengikuti ujian?
Syarwani mengatakan hal ini berdasarkan keterangan guru-guru bahwa saat kelas VII, dan VIII baca pun tak mampu.
"Ketika diberi tugas memang dilaksanakan namun tulisannya beda dengan saat ia di kelas," ucapnya.
Disinggung apakah nanti pihak sekolah (SMPN 26, Red) akan menerima lagi Angga ke sekolah ini jika tak ada sekolah lain menerimanya? Achmad Syarwani mengungkapkan tentunya ia tak bisa memutuskan.
"Ulun tentunya harus rapat lagi," paparnya.(Banjarmasinpost.co.id/irfani)
Halaman sebelumnya