TRIBUNNEWS.COM, BALI – Simulasi penanggulangan korban bencana dan tsunami, yang digelar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gianyar, TNI dan Polri berlangsung tegang, Minggu(29/7/2018).
Sebab simulasi yang digelar di Pantai Siut, Desa Tulikup, Gianyar itu berlangsung tepat ketik terjadinya gempa bumi berkekuatan 6,4 skala richter yang berpusat di Provinsi Nusa Tenggar Barat (NTB).
Ketegangan semain bertambah ketika dalam kurun waktu sekian menit, berlangsung gempa susulan.
Infomasi dihimpun Tribun Bali, gempa pertama yang berlangsung lama itu terjadi sekitar pukul 07.30 Wita, saat peserta simulasi sedang melakukan persiapan apel.
Peserta yang sebagaian besar anak-anak itu, tidak kuasa menahan ketakutan. Terlebih lagi saat itu kondisi gelombang relatif besar.
Tak hanya itu, raut para siswa ini semakin tegang tatkala menyaksikan atap warung yang berada di pinggir pantai bergoyang-goyang.
Setelah gempa berakhir, simulasipun dimulai. Para siswa yang sudah bisa mengatasi ketakutan, kembali dibuat panik.
Pasalnya di tengah-tengah kegiatan simulasi, tepatnya pukul 09.50 Wita, gempa susulan kembali terjadi.
Meski demikian, simulasi untuk korban bencana tetap berlangsung. Dengan adanya gempa yang terjadi dua kali ini, kegiatan simulasi BPBD Gianyar inipun berjalan sangat serius.
Berbeda dengan kegiatan sebelum-sebelumnya yang selalu diseligi canda tawa peserta.
Kepala BPBD Gianyar, Anak Agung Oka Digjaya menilai gempa yang terjadi di tengah gempa tekonik ini sebagai hal positif.
Sebab anggotanya bisa memahai psikologis masyarakat dalam kondisi terkena bencana sungguhan.
Menurut Digjaya, menguasasi psikologis diri sendiri dan korban merupakan hal terpenting yang harus dipahami tim penyelamat.
“Gempa tadi seperti ikut menjadi mentor anggota kami dala simlasi ini. Dengan kejadian ini, mereka tau cara mengatasi guncngan psikologis para korbban,” ujarnya.