News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Gempa di Lombok

Mengungkap Mitos di Balik Teriakan 'Idup Idup Idup' Warga Bali Saat Terjadi Gempa

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Warga mencari barang berharga di rumahnya yang terkena gempa bumi di Pemenang, Lombok Utara, NTB, Selasa (7/8/2018). Menurut data sementara setidaknya ribuan rumah rusak berat akibat gempa bumi 7.0 SR tersebut dan wilayah Lombok Utara yang mengalami kerusakan paling parah. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Peneliti yang berasal dari GFZ German Research Centre for Geosciences ini menghubungkan pengamatan pada hewan peliharaan dan ternak dengan skala dan lokasi gempa.

"Banyak makalah kajian tentang potensi hewan sebagai prekusor (pertanda) gempa, tetapi sejauh pengetahuan kami, ini adalah pertama kalinya pendekatan statistik digunakan untuk mengevaluasi data," ungkap Heiko Woith, penulis utama penelitian ini dikutip dari Science Alert, Kamis (19/04/2018).

Untuk itu, Woith dan timnya mengumpulkan 180 penelitian yang menganalisis 729 laporan perilaku aneh hewan terkait dengan 160 gempa bumi.

Mereka menganalisis meta-data penelitian-penelitian tersebut dengan memperhatikan rician seperti besar gempa, jarak, ativitas foreshock (gelombang sebelum gempa utama), dan kualitas penelitian tersebut.

Secara keseluruhan, para peneliti mencatat perilaku yang diamati berasal dari 130 spesies berbeda.

Mulai dari anjing, sapi, bahkan ulat sutera.

Meski datanya terbilang melimpah, para peneliti menyimpulkan bank bukti ini mengalami keterbatasan kritis.

Itu karena hampir semua penelitian, kecuali 14, didasrkan pengamatan tunggal.

Selain itu, tak adanya jadwal membuat mereka sulit mengevaluasi secara obyektif bagaimana perilaku khusus ini berbeda dengan perilaku normal.

Ini membuat para peneliti tidak bisa menyingkirkan biar konfirmasi tentang pola perilaku.

Namun, penelitian yang dipublikasikan dalam Bulletin of the Seismological Society of America ini menyarankan bahwa perilaku aneh para hewan mungkin dipengaruhi getaran awal.

Dengan kata lain, hewan mungkin lebih sensitif pada getaran awal.

"Hewan-hewan itu mungkin merasakan gelombang seismik - gelombang P (primer) atau S (permukaan) - yang dihasilkan oleh foreshick," ujar Woith.

"Pilihan lain, bisa jadi merupakan efek sekunder yang dipicu oleh foreshocks, seperti perubahan air tanah atau pelepasan gas dari tanah yang mungkin dirasakan oleh hewan," imbuhnya.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini