Laporan Wartawan Tribun Jateng, Dhian Adi Putranto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL - Dampak kemarau panjang yang saat ini terjadi mulai dirasakan oleh petani padi di Kabupaten Kendal.
Sebanyak 115 hektar lahan yang sedang ditanami padi di dua kecamatan, sudah mengalami kekeringan. Bahkan, tanahnya sudah terlihat retak-retak.
Kepala Seksi Perlindungan Tanaman Pangan, Dinas Pertanian dan Pangan, Kabupaten Kendal, Wuryanto mengatakan, pihaknya telah menerima laporan kekeringan dari dua kecamatan, yakni Kecamatan Brangsong dan Kecamatan Gemuh.
"Yang dilaporkan adanya kekeringan yakni adalah sawah tanaman padi dan tanaman palawija," ujarnya, Selasa (14/8/2018).
Ia mencertikan, kekeringan yang melanda sawah para petani itu dikarenakan saluran iringasi sudah mengering.
"Untuk mendapatkan air, para petani melakukan penyedotan air dengan mesin pompa dari sungai maupun mengambil air dari sumur yang letaknya tak jauh dari sawah," lanjutnya.
Di sisi lainnya, kemarau juga membuat empat desa di Kecamatan Patebon mengalami kesulitan mendapat air bersih.
Untuk mendapatkan air bersih, para warga harus mengantre di sumur milik Lapas Terbuka Kendal, di Desa Wonosari, Patebon.
Seorang penjaga sumur tersebut, Rohanah menuturkan, para warga sudah banyak mengantre untuk mendapatkan air bersih sejak tiga bulan terakhir.
"Setiap jerigennya warga dikenai harga Rp 500 untuk ganti uang listrik pompa penyedot air," terangnya.
Ia menambahkan, empat desa yang sering mengambil air di sumur itu adalah warga Desa Bangunsari, Wonosari, Kartikajaya dan Desa Kumpulrejo.
Hal itu dikarenakan sumur milik warga empat desa tersebut sudah mengering dan airnya berubah jadi kuning.
"Ada juga warga yang mengambil air di sini kemudian dijual lagi ke warga lainnya yang masih satu desa. Agar para warga desa lainnya tidak perlu mengantre di sini," jelasnya.(*)