TRIBUNNEWS.COM, BANJARBARU - Syamsuni selaku pimpinan Ponpes Al Falah Putera, menyatakan hingga kini belum menerima bukti dan tidak pernah mendapat kunjungan pihak Dinkes Banjarbaru setelah pengambilan sampel darah.
"Kalau memang dikatakan ponpes yang kena, pasti itu Al Falah, dan benar memang ada kejadian campak di Al Falah Puteri. Tapi kemarin dokter Agus menyatakan bahwa itu campak kerumut bukan rubela. Jadi, informasi yang kami dapat dari Dinkes masih Simpang siur,” jelas dia, Selasa (11/9/2018).
Saat ini, Syamsuni mengaku pihaknya masih bingung harus melakukan apa karena tak ada kelanjutan kasus campak yang terjadi di Ponpes Al Falah.
Hal itu juga pernah terjadi seperti kasus difteri di Al Falah, namun juga tidak pernah ada penanganan lanjutan.
“Selesai begitu saja, belakangan justru diketahui tidak ada difteri hanya indikasi saja," cetusnya.
Dikatakan Syamsuni, saat ini para santriwati yang disebut terserang campak sudah sehat dan kembali belajar.
Selain itu, sebut dia, orangtua santriwati masih menolak diimunisasi MR.
Meski begitu, kata dia, pihak ponpes tidak menolak adanya imunisasi vaksin MR.
Hanya saja, lanjut dia, karena orangtua santri menolak anaknya diimunisasi, maka pihak sekolah tak bisa mengizinkan imunisasi MR di pondok pesantren.
Syamsuni berujar, 98 persen santri di Ponpes Al Falah Putera menolak imunisasi MR. Ada satu santri melakukan imunisasi secara mandiri karena orangtua santri berasal dari Dinkes.
"Kami sudah melayangkan surat bahwa Ponpes Al Falah Putera menolak imunisasi MR karena 98 persen orangtua menolak. Tapi, bagi orangtua yang mau anaknya diimunisasi silakan diimunisasi sendiri di fasilitas kesehatan," imbuhnya.
Berbeda, kata Syamsuni, Ponpes Al-Falah Putri sudah dilakukan imunisasi secara terpaksa karena pondok santri di ponpes itu dinyatakan positif ada virus rubella. (banjarmasinpost.co.id/milnasari/m hasby suhaily)
Artikel ini telah tayang di banjarmasinpost.co.id dengan judul 98 Persen Santri Al Falah Putra Menolak Imunisasi MR, Santri Al Falah Putri Terpaksa Diimunisasi,