TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA – Pengolahan produk makanan kerap menjadi alternatif peningkatan nilai ekonomi suatu bahan mentah.
Apalagi bagi sejumlah bahan yang selama ini belum digunakan secara maksimal seperti kopi dan labu.
Empat mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya (FTP UKWMS) pun berinovasi menggunakan bahan baku kopi dan labu untuk membuat selai.
Mereka adalah Jane Nathania (22), Carolina Hendrianto (21), Alvina Handoyo (22) dan Lovina Aprilia Sugianto (22).
Keempatnya membuat selai kopi menggunakan beberapa jenis labu, di antaranya menggunakan labu siam, labu air, labu kuning dan labu kabocha.
"Masyarakat Indonesia tidak lepas dari budaya mengkonsumsi kopi dan labu terbatas. Apalagi labu selama ini hanya digunakan sebagai sayur, padahal labu memiliki kandungan nutrisi yang baik bagi tubuh," ungkap Jane sambil mempraktekkan pembuatan selai, Kamis (12/9/2018).
Proses pembuatan selai ini menurutnya sama halnya dengan pembuatan selai buah pada umumnya. Yaitu dengan membuat larutan dari sari bahan-bahan yang digunakan kemudian diuapkan.
Penggunaan labu ini juga sebagai pelarut kopi sehingga bisa menciptakan tekstur dan wujud selai.
"Karena penggunaan labu yang berbeda, produk kami menghasilkan empat jenis rasa selai, setiap anak membuat selai dengan jenis labu yang berbeda,"urainya.
Jane menggunakan labu siam, Carolina menggunakan labu air, lalu Alvina menggunakan labu kuning, serta Lovina menggunakan labu kabocha.
Jane menjelaskan untuk membuat selai ini mereka membutuhkan labu yang memang sehat dan segar.
Selanjutnya labu perlu dicuci bersih dengan air mengalir dan dipotong menjadi ukuran yang kecil sehingga memudahkan proses pengukusan.
“Potongan labu itu dikukus selama kurang lebih 15 menit agar menjadi lunak. Langkah berikutnya labu kukus dihaluskan dan dicampur dengan bahan-bahan lainnya termasuk kopi."
"Kemudian dilakukan pemasakan selama 10 menit hingga didapatkan selai yang kental,” jelas Jane.
Carolina menambahkan untuk setiap labu digunakan bahan yang berbeda. Ada yang menggunakan kopi rebusan dari kopi lokal jenis robusta dalam bentuk bubuk instan maupun kopi bubuk biasa.
Menggabungkan kopi dan labu menjadi sebuah selai dibutuhkan teknik tersendiri, sehingga didapatkan wujud selai yang diinginkan.
Berdasarkan bahan baku labu yang dipilih maupun bahan campuran yang digunakan, bahkan rasa yang dihasilkan juga akan berbeda-beda.
“Karakteristik masing-masing labu berbeda, baik dari segi ketinggian kadar air maupun pH-nya. Untuk rasa yang dihasilkan dari keempat selai ada manis, segar, creamy dan ada yang kuat rasa kopinya."
"Setiap varian produk ini juga sudah kami uji coba masing-masing ke 120 panelis untuk mengetahui apakah selai ini bisa diterima di pasaran atau tidak, bahkan semuanya punya kesukaan tersendiri,” paparnya.
Produk dengan nama Konvyt yang mereka hasilkan ini selain unik juga relatif sehat karena menggunakan bahan alami, kaya serat, mengandung vitamin serta tidak mengandung bahan kimia pengawet.
Mereka juga telah membuktikan bahwa selai yang mereka buat dapat bertahan selama dua bulan jika disimpan di lemari pendingin dan sekitar seminggu di suhu ruangan.
“Kami ingin agar Konvyt suatu saat dapat diproduksi massal agar bisa dinikmati masyarakat luas, tapi masih harus diteliti lebih lanjut termasuk mengurus paten,” pungkas Carolina.