TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB - Sebagai destinasi wisata bertaraf internasional, dan juga sebagai pulau terdepan yang berbatasan dengan wilayah Filipina dan Malaysia, pemerintah membangun bandara di Pulau Maratua.
Keberadaan bandara ini pun menarik minat sejumlah maskapai penerbangan untuk membuka rute ke Pulau Maratua, karena setiap tahun, ada ribuan wisatawan yang datang ke pulau ini.
Sejumlah maskapai penerbangan, diantaranya Garuda Indonesia, Wings Air, Susi Air telah memiliki rute penerbangan ke Pulau Maratua, termasuk Nam Air yang tengah melakukan penjajakan untuk membuka rute ke tempat yang sama.
Baru-baru ini, Manajemen PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), berkunjung ke Berau, menemui Kepala Dinas Pariwisata Berau, Mappasikra Mappaseleng.
Kepada Tribunkaltim.co, Mappasikra mengatakan, perusahaan nasional yang memproduksi pesawat itu, berencana mengoperasikan pesawat amphibi di Pulau Maratua.
"Awalnya mereka mau mengoperasikan di Maratua dan cara floating atau pesawat amphibi yang bisa mendarat di laut. Saya bilang, di Pulau Maratua memang ada teluk yang pas untuk didarati pesawat amphibi. Tapi saya sampaikan, di Pulau Maratua sudah ada bandara sehingga tidak perlu pendaratan floating," ujarnya, Rabu (19/9/2018).
Rencananya, pesawat Nurtanio 219 (N219) ini akan digunakan untuk angkutan penumpang, termasuk wisatawan.
"Seandainya mau menggunakan pesawat amphibi, saya arahkan untuk mendarat di Teluk Sulaiman (Kecamatan Bidukbiduk). Karena di sana juga banyak objek wisata, termasuk Danau Labuan Cermin juga ada di sana," jelasnya.
Menurut informasi yang mereka sampaikan ke Dinas Pariwisata Berau, pesawat itu akan digunakan untuk mengangkut penumpang, tetapi juga tidak menutup kemungkinan untuk dukungan logistik di daerah-daerah terpencil.
Mengutip laman Tribunnews.com, N219 meruapakan pesawat yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia dengan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN), N219 Nurtanio merupakan sebuah pesawat multifungsi bermesin ganda.
Pesawat berukuran panjang 16,49 meter dan tinggi 6,18 meter itu disebut multifungsi karena dapat digunakan untuk mengangkut penumpang dan kargo.
Pesawat tersebut dirancang memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan dilengkapi dengan pintu fleksibel, sehingga pesawat bisa memuat kargo.
N219 Nurtanio dapat memuat penumpang hingga 19 orang dan bermuatan maksimum 2.500 kilogram. Selain multifungsi, pesawat ini juga dapat dimodifikasi menjadi pesawat angkut amfibi yang dapat melakukan pendaratan di permukaan laut.
Untuk memenuhi kebutuhan penerbangan di wilayah perintis, N219 Nurtanio dirancang agar mampu lepas landas dan mendarat di landasan pendek, sehingga cocok dioperasikan di daerah terpencil. Selain itu, pesawat yang dapat mengudara hingga ketinggian 24 ribu kaki itu juga diklaim menelan biaya operasional rendah.
Pemerintah Provinsi Kalimantan Utara, dikabarkan akan membeli pesawat jenis ini untuk melayani pernerbangan di provinsi termuda di Indonesia ini.