News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Febi 'Jual' Teman Sendiri Jadi PSK di Papua, Baru Satu Korban yang 'Selamat', 9 Lainnya Tak Jelas

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi PSK

TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Terungkapnya kasus gadis 19 tahun yang 'dijual' sahabatnya sendiri untuk menjadi terapis spa plus-plus, ternyata membuka kasus lain.

Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Lampung saat ini sedang berupaya memulangkan para korban human trafficking yang dijadikan terapis pijat plus-plus di Sorong, Papua Barat.

Dirreskrimum Polda Lampung Kombespol Bobby Marpaung mengaku sedang fokus pada pemulangan para korban yang informasinya lebih dari 10 orang di Sorong.

Baca: Baru di Papua, Dispensasi Demokrat Mendukung Jokowi-Maruf Berkaitan dengan Pileg

"Saat ini kami usahakan untuk memulangkan para korban. Informasinya ada 10. Tapi, laporan masuk hanya satu. Makanya kami fokuskan," ungkap Bobby, Rabu, 19 September 2018.

Setelah proses pemulangan para korban berhasil, Polda Lampung baru akan mengembangkan kasus ini.

"Baru setelah itu kami lakukan pengembangan atas human trafficking ini," tandasnya.

"Dijual" Teman Sendiri

Petugas Subdit IV Remaja, Anak, dan Wanita (Renakta) Ditreskrimum Polda Lampung saat ini tengah menangani kasus dugaan perdagangan manusia yang dipekerjakan sebagai terapis di salon plus-plus di sebuah spa di Sorong, Papua Barat.

Kasus ini terkuak setelah adanya laporan dari MN (42), warga Garuntang, Kecamatan Bumi Waras, Bandar Lampung, yang kehilangan putrinya, NE (19).

NE dijual oleh temannya sendiri untuk melayani pria hidung belang di Sorong, Papua.

Berselang tiga hari, MN mengetahui putrinya sudah berada di Sorong.

Ia kaget begitu mendapat kabar NE bekerja di sebuah panti pijat plus-plus.

MN baru mengetahui putrinya bisa ke Sorong lantaran mendapat tawaran dari Febi (19), warga Garuntang, Telukbetung Selatan.

MN pun melaporkan Febi dengan laporan nomor LP/B-1377/IX/2018/LPG/SPKT tanggal 14 September 2018. Febi pun dijemput polisi.

Kasubdit IV Renakta Ditreskrimum Polda Lampung AKBP I Ketut Suryana menuturkan, saat ini pihaknya masih mendalami kasus ini.

"Bahkan, kami koordinasi dengan Kasatreskrim di sana (Sorong) supaya menyelidiki lebih dalam soal perdagangan manusia ini," ungkapnya, Selasa, 18 September 2018.

Ketut menuturkan, Febi saat ini sudah diamankan di Polda Lampung dan sedang dimintai keterangan.

"Ngakunya baru ini. Soal dia memberangkatkan dua orang lagi belum kami dalami. Tapi, dia masih mengaku satu," tambahnya.

Dari hasil pemeriksaan, Febi mengaku mendapat upah sebesar Rp 1 juta setiap mengirim satu orang ke Sorong.

"Maka kami dalami lagi, karena rata-rata orang Lampung banyak di sana. Febi sendiri sudah empat bulan pulang dari sana, dan dia ini masih sebatas mendapat petunjuk dari handphone," sebutnya.

Kendati demikian, Febi akan dijerat UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Manusia.

Dapat Pesan di Facebook

Saat ini, NE sudah kembali ke rumahnya. Kepulangan NE berkat pesan yang dikirim melalui media sosial.

MN, ibu korban, mengaku bisa bertemu kembali dengan anaknya setelah mendapat pesan singkat melalui Facebook.

"Anak saya pergi tanpa pamit hari Senin (3 September 2018) lalu. Saya sempat bingung. Baru tiga hari, dapat kabar melalui pesan Facebook," ucapnya.

Putrinya mengaku sudah berada di Sorong untuk bekerja. Saat itu ia meminjam HP milik temannya.

"Kemudian anak saya telepon, nangis minta pulang. Tapi, harus bayar Rp 20 juta katanya untuk ganti uang pesawat," tutupnya.

NE pun tak menyangka bisa mengalami kejadian seperti itu.

"Saya sama Febi udah temenan enam tahun. Ditawarin kerja di salon. Saya tertarik. Apalagi semua biaya transport ditanggung," kata NE.

Setelah itu, NE langsung terbang melalui Bandara Radin Intan II, Senin, 3 September 2018.

"Di bandara sudah ditunggu suami Febi dan menantu Bunda Sis namanya. Sama satu lagi dari Lampung Timur (LW)," tuturnya.

Sampai di sana, NE langsung mendapat pelatihan. Tapi, ia kaget bukan kepalang begitu melihat pada alat pijat ada alat kontrasepsi.

"Saya langsung mikir ini pijat plus-plus. Saya tolak akhirnya pekerjaan ini. Tapi, saya malah diseret, dimasukin ke ruang kaca kayak akuarium," tutupnya. (nif)

Artikel ini telah tayang di tribunlampung.co.id dengan judul Satu Gadis Sudah Lolos, Ternyata Masih Ada 10 Wanita Lagi Jadi Korban Perdagangan Manusia,

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini