Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Try Juliansyah
TRIBUNNEWS.COM, KUBU RAYA - Kebakaran yang menimbulkan kabut asap di Kota Pontianak, Kalbar belakangan ini menurut Juru kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Annisa Rahmawati terjadi di lahan konsesi beberapa perusahaan berdasarkan dokumentasi terbaru Greenpeace Indonesia.
Di mana sebelumnya Lima perusahaan di Kubu Raya, PT SUM, PT PLD, PT AAN, PT APL, dan PT RJP disegel oleh KLHK.
"Memang salah satunya berada di areal PT Sumatera Unggul Makmur (SUM) yang terbakar setiap tahunnya sejak 2013. Konsesi perkebunan ini dimiliki oleh Gama, sebuah perusahaan kelapa sawit yang terkait erat dengan Wilmar yang merupakan perusahaan pedagang minyak sawit terbesar dunia," ujarnya.
Titik api di Kalbar menurutnya tercatat muncul di konsesi milik Bumitama dan First Resources.
Ketiga perusahaan ini menurutnya pula merupakan pemasok minyak sawit ke merek-merek ternama dunia, termasuk Mondelez, Nestlé dan Unilever, melalui Wilmar dan pedagang minyak sawit lainnya.
"Pemerintah Indonesia telah berkomitmen menindak perusahaan dan industri sawit nakal yang masih mengeringkan gambut dengan membuka kanal sehingga menyebabkan kebakaran, tetapi kami belum melihat tindakan tegas pemerintah seperti mencabut izin usaha, karena perusahaan abai melindungi lahan mereka dari kebakaran. Kabut asap di Pontianak memaksa pemerintah daerah menghentikan aktivitas sekolah merupakan persoalan serius bagi kesehatan masyarakat," tambahnya.
Baca: Selalu Lolos, Pencuri Kayu Hutan Kali Ini Tertangkap Karena Tak Berani Berenang ke Sungai
Tahun ini menurutnya terjadi peningkatan besar jumlah titik api di seluruh Indonesia. Sebanyak 9.819 muncul titik api teridentifikasi di Kalimantan Barat, hampir tiga kali lipat jumlah di tahun 2017 yang mencapai 3.488.
Sementara itu Arif Setiawan warga asal Rasau Jaya di Kalimantan Barat mengaku geram karena selalu terkena dampak kabut asap kebakaran, itulah sebabnya dia bergabung dengan Tim Cegah Api Greenpeace Indonesia.
"Tahun ini sama seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap memasuki bulan Agustus atau kemarau asap kebakaran lahan sampai ke kota dengan bau menyengat terutama menjelang malam. Kabut asap kebakaran bisa terlihat jelas dari jembatan sungai Kapuas cukup pekat, terlebih lagi di Rasau asap lebih buruk karena dekat dengan titik api," tutur Arif.
Ia mengatakan sumber karhutla ini diakuinya ada yang dari area konsesi maupun lahan terbengkalai.
"Asap kebakaran berasal dari lahan gambut, baik itu areal konsesi atau lahan terbengkalai. Ketika angin bertiup kencang kita bisa melihat api melalap lahan dan vegetasi. Warga terpaksa harus membiasakan diri menjalani aktivitas di bawah kepungan asap dan mengenakan masker. Jika asap kebakaran parah, anak-anak harus tetap berada di rumah," tuturnya.