Laporan Reporter Tribun Jogja Christi Mahatma Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - Kebanyakan orang meluangkan waktunya untuk melakukan sesuatu yang disukai, misalnya dengan bercocok tanam, merawat hewan kesayangan, menyanyi, menggambar, dan lain-lain.
Namun sedikit berbeda dengan Wahyudi Maryono.
Warga Balecatur, Gamping, Sleman itu memiliki kesenangan untuk mematung.
Bukan memahat batu sehingga menjadi patung, namun ia berdiam diri sehingga menyerupai patung.
Kegemarannya yang sudah ditekuni selama 6 tahun itu membuatnya dijuluki sebagai manusia patung.
Ia sering tampil dalam berbagai acara seperti Festival Kesenian Yogyakarta, Dieng Culture Festival, dan masih banyak lagi.
Awalnya Simbah, sapaan akrabnya terinspirasi dari patung yang ada di Monumen Serangan Oemum 1 Maret.
Ia ingin mengangkat kembali pahlawan nasional yang berjuang di Yogyakarta.
"Saya dan teman-teman punya basic seni. Lalu ya iseng-iseng juga sih.
Kemudian kepikiran untuk menjadi manusia patung itu. Aksi pertama itu di Titik Nol Kilometer, tahun 2012," katanya Minggu (30/9/2018).
Menjadi patung ternyata cukup menyiksa.
Tubuhnya bahkan pegal-pegal usai beraksi.
Untuk mengantisipasi hal itu, ia mengoleskan balsem sebelum memulai pertunjukan yang kini juga menjadi salah satu pekerjaannya.