Endang mengatakan, saat itu ia tengah berada di dalam rumahnya sedangkan sang suami baru saja siap mandi.
Tiba-tiba, suara gemuruh terdengar dari atas bukit.
Dengan seketika gelombang air bercampur lumpur serta bebatuan dan kayu-kayu menghantam tiap bangunan yang dilewatinya.
Saat itu, Endang bersama suaminya masih dapat menyelamatkan diri sebelum air menghancurkan rumahnya.
Setelah sadar banjir menerjang, Endang dan Amin langsung teringat dengan anak-anaknya yang sedang mengikuti pelajaran madrasah.
Dalam kondisi cemas, Endang dan suami langsung mencari mereka.
Baca: Banjir Genangi Pasaman Barat, 500 Warga Mengungsi
"Karena kuasa Tuhan, anak-anak saya masih selamat. Ada yang ditemukan di atas kayu yang hanyut," kata Endang.
Sekitar dua ratus warga Desa Muara Saladi, Ulu Pungkut, diungsikan ke posko yang berada di Balai Naposo Nauli Bulung, Kelurahan Hutagodang, Ulu Pungkut, Mandailing Natal.
Pemerintah berencana merelokasi pemukiman warga. Terdata sekitar 22 rumah akan direlokasi termasuk bangunan sekolah dasar yang sekaligus menjadi madrasah bagi anak-anak warga Desa Muara Saladi.
Gubernur Sumut Edy Rahmayadi, meminta Bupati Mandailing Natal Dahlan Nasution untuk mempercepat proses pemindahan murid-murid sekolah dasar di desa itu ke sekolah lain untuk sementara.
"Saya harap ini waktu sesingkat-singkatnya selesai, karena tak boleh terlalu lama, anak sekolah ini tidak boleh terlalu lama tidak sekolah. Di Simpang Luhu itu ada sekolah SD. Nanti mulai waktu sesingkatnya anak-anak SD ini segera sekolah di Simpang Luhu," kaya Edy saat meninjau pengungsi pada Senin (15/10/2018).
Menurut Kepala BPBD Sumut Riadil Akhir Lubis, beberapa rumah di Desa Muara Saladi terletak pada titik yang masih potensial terjadi bencana alam. Oleh karena itu layak direlokasi ke tempat yang lebih aman.
"Pemerintah provinsi dan Kabupaten Mandailing Natal mau merelokasi pemukiman 22 KK berikut sekolah itu karena sangat memungkinkan bencana datang lagi," kata Riadil. (nan/tribun-medan.com)