Laporan Wartawan Tribun Medan, Sofyan Akbar
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - R, satu di antara tersangka yang diberi kesempatan oleh Kapolda Sumut Irjen Agus Andrianto untuk berbicara langsung, mengakui bahwa awal mula mereka datang ke rumah Muhajir untuk meminjam duit.
"Jadi pertama yang datang itu si A, dia mengetuk pintu rumah si Muhajir sekitar pukul 11 malam untuk meminjam duit," kata R kepada Kapolda Sumut di depan wartawan, Senin (22/10/2018).
Begitu dibuka pintu, kata R, si A langsung masuk dan meminjam duit.
Setelah Muhajir hendak masuk dan mengambil duit, A langsung memukul kepala belakang Muhajir dengan gagang pistol rakitan.
Baca: Sebutan Gajah Wes Teko Membuat Agus Sakit Hati Lalu Membunuh Muhajir, Istri dan Anaknya
"Di situ baru saya datang dan masuk ke rumah Muhajir dan langsung mengikat tangannya ke belakang dan menutup mulutnya dengan lakban," ujar R.
Ia mengaku, nekat melakukan pembunuhan tersebut karena diajak A.
Dua hari sebelum pihaknya melakukan pembunuhan, tersangka A mendatangi dirinya dan bercerita tentang istri Muhajir, Suniati yang sering mengejeknya dengan sebutan 'Pasukan Gajah'.
Di situ, lanjut R, temannya A langsung meminta bantuannya untuk membunuh Muhajir.
Baca: Turis Asal China Membanjiri Bali Tapi Paling Sedikit Belanja Dibanding Wisatawan Eropa
"Ya, karena teman, makanya saya mau. Lagian mereka sudah mengejek kami," katanya.
"Jadi keluarga Muhajir selalu mengejek kami dengan mengatakan 'Pasukan Gajah Wes Teko' yang artinya pasukan gajah datang," kata R satu pelaku yang ditembak kaki sebelah kanan saat paparan di RS Bhayangkara Medan, Senin (22/10/2018).
Ia menceritakan kalau pembunuhan ini sudah direncanakan dua hari sebelum eksekusi para korban yang mereka lakukan pada Senin (9/10/2018).
"Pada Jumat (7/10/2018) kami mengatur rencana sebelum membunuh Muhajir dan keluarganya," kata R yang berperan mengikat dan membuat takut para korban.
Ia mengatakan, pihaknya membunuh korban dan membawanya ke satu Jembatan di Wilayah Kecamatan Telun Kenas dan langsung membuat ketiga korban ke Sungai Belumai, Tanjungmorawa.
"Kami membuang korban ke sungai karena menurut mereka di situ aman. Saat hendak kami buang ke sungai, istri dan anak korban masih hidup," ujarnya.
Artikel ini telah tayang di Tribun-medan.com dengan judul Tangan Diikat dan Mulut Dilakban, Istri dan Anak Muhajir Masih Hidup saat Hendak Dibuang ke Sungai