TRIBUNNEWS.COM, MEULABOH - Pihak Rumah Sakit Umum Daerah Cut Nyak Dhien (RSUD-CND) Meulaboh, Aceh Barat menyatakan, secara internal tim sudah melakukan pemeriksaan terhadap kasus meninggalnya pasien Alfa Reza (11) yang dilaporkan menemui ajal seusai disuntik perawat.
"Penyebab pasien meninggal adalah karena efek samping dari obat," kata Wakil Direktur (Wadir) Pelayanan Medis RSUD-CND, dr Mudiarti, dalam pertemuan dengan DPRK Aceh Barat di gedung dewan, Senin (29/10/2018).
Penjelasan itu diutarakan Mudiarti setelah kalangan anggota dewan mempertanyakan penyebab kematian dua pasien di RSUD-CND pada Sabtu dua pekan lalu.
Kemarin manajemen rumah sakit itu diundang pihak DPRK untuk memberikan penjelasan.
DPRK sendiri sudah turun ke RSUD itu pada Senin pekan lalu. Pertemuan di gedung dewan itu dipimpin Ketua DPRK Ramli SE dan dihadiri anggota DPRK.
Dari RSUD hadir Direktur dr Furqansyah, Wadir dan Asisten II Marhaban, unsur manajemen, dokter, dan anggota Dewan Pengawas RSUD, Muhammadi.
Menurut Mudiarti, tim medik sudah turun dan sudah memastikan semua bahwa apa yang dilakukan pihak rumah sakit dalam menangani kedua pasien tersebut sudah sesuai prosedur.
Penyebab kematian pasien lebih karena efek samping dari obat yang disuntikkan.
"Tindakan dari awal pasien masuk rumah sakit, menjalani operasi hingga ke ruang rawat inap semua sudah sesuai dengan prosedur," tambah dr Furqansyah.
Baca: Bocah Alfa Meninggal Usai Disuntik Pasca Operasi, Keluarga Tempuh Jalur Hukum
Sempat Terkejut
Wadir Bidang Pelayanan Medis RSUD Cut Nyak Dhien dalam pertemuan itu menyatakan pihak manajemen sempat terkejut karena ada informasi seorang honorer yang belum memiliki surat tanda registrasi (STR) ikut menyuntik pasien yang akhirnya meninggal itu.
Namun, setelah diperiksa ternyata honorer tersebut hanya diperbantukan atas suruhan kepala ruang anak dan tidak dilaporkan ke Bidang Pelayanan Medis.
Selama ini, menurutnya, tenaga medis yang ditempatkan dalam pelayanan tentu sudah memiliki STR.
Menanggapi saran dari DPRK dan harapan semua pihak, Mudiarti mengatakan tentu akan terus dibenahi pihak rumah sakit sehingga ke depan diharapkan tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan.
"Akan terus kita benahi," janjinya.
Isu Rp 150 Juta
Sementara itu, Ketua DPRK Aceh Barat, Ramli SE serta sejumlah anggota DPRK, di antaranya Ilyas Yusuf dan Nasri, sempat menyampaikan rasa kecewanya terhadap pelayanan medis di rumah sakit itu yang kini menurun.
"Kasus kematian dua anak itu sungguh memilukan dan mencederai nama baik daerah," kata Nasri.
Ilyas menambahkan, adanya tenaga medis yang ditemukan tak memiliki STR tapi dibiarkan menangani pasien, sangat dia sesalkan dan dia usul harus segera dibenahi.
Apalagi dalam pelayanan yang berhubungan dengan pasien.
"Kenapa tenaga yang tidak punya STR disuruh menyuntik? Yang pegawai negerinya mana? Kasus seperti ini jangan sampai terjadi lagi," imbuh Ilyas.
Baca: BREAKING NEWS: Jenazah Anggota DPRD Babel HK Junaidi Berhasil Diidentifikasi
Ketua DPRK Ramli SE menyatakan, selama ini di ruang rawat inap RSUD lebih banyak diandalkan tenaga honorer yang gaji mereka hanya diberikan Rp 1 juta. Padahal, PNS cukup banyak di Aceh Barat.
"Isu lain yang perlu diluruskan adalah beredar informasi bahwa pihak RSUD sudah memberikan uang 150 juta rupiah kepada keluarga korban. Apa ini benar? Ini harus diperjelas," kata Ramli.
Ia juga menyoroti kinerja Dewan Pengawas Rumah Sakit yang di-SK-kan oleh bupati baru-baru ini yang digaji hingga Rp 4 juta per bulan, tapi terkesan tak bekerja.
Selain persoalan pengawas, menurut Ramli, sistem kerja direktur juga perlu diubah yang selama ini direktur sangat susah ditemui oleh pihak mana pun, baik saat di rumah maupun di kantor.
"Itu perlu diubah. Kita mau rumah sakit ini juga bebas dari unsur politik. Tempatkanlah yang profesional. Jangan karena beda pandangan politik maka tenaga profesional pun dipindah ke kecamatan," kata Ramli.
Periksa Ayah Korban
Sementara itu, penyidik Unit Tipiter Polres Aceh Barat, Senin kemarin memeriksa Hasan Basri, ayah dari korban meninggal asal Aceh Jaya, Ajrul Amilin (15), penduduk Desa Pasie Teubee, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya.
Ajrul yang merupakan siswa SMAN Teunom juga diduga meninggal setelah disuntik di RSUD-CND Meulaboh satu jam sebelum kematian Alfa Reza (11) asal Pante Ceureumen, Aceh Barat.
Selain memeriksa Hasan Basri, polisi kemarin juga memeriksa dua perawat yang piket pada ruang anak pada malam kejadian itu.
Dengan diperiksanya dua perawat tersebut sehingga jumlah tenaga medis yang sudah diperiksa dari rumah sakit mencapai delapan orang.
Selain itu polisi sudah merencanakan hari ini, Selasa (30/10/2018) akan memeriksa Suwardi, ayah dari Alfa Reza, korban yang meninggal seusai disuntik.
Kapolres Aceh Barat, AKBP Raden Bobby Aria Prakasa SIK melalui Kasat Reskrim Iptu M Isral didampingi KBO Reskrim Ipda P Pangabean mengatakan, penyidik masih terus mendalami keterangan saksi-saksi dan keluarga korban untuk mengungkap kasus kematian dua anak tersebut.
"Masih kita dalami," kata Pangabean.
Baca: Pernah Tangani Kasus Ahok, Tak Biasanya Jaksa Andri Kembali Bertugas ke Pangkalpinang Ajak Istri
Seperti diberitakan, dua anak yang merupakan pasien di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh pada Sabtu dini hari lalu, yakni Alfa Reza (11) dan Ajrul Amilin (15) dilaporkan meninggal setelah disuntik perawat.
Setelah meninggalnya Alfa Reza, ayahnya sempat meluapkan emosi dengan memecahkan kaca di ruang anak rumah sakit tersebut.
Alfa Reza merupakan pasien bedah yang tertusuk pahanya oleh dahan kayu setelah jatuh dari pohon jambu, sedangkan Ajrul merupakan pasien usus buntu.
Terhadap kasus kematian Alfa Reza yang memicu kemarahan ayahnya, polisi langsung turun dan mengamankan barang bukti berupa cairan infus, obat-obatan, serta jarum suntik yang digunakan untuk menginjeksikan obat ke tubuh pasien yang kemudian meregang nyawa. (riz)
Artikel ini telah tayang di Serambinews.com dengan judul RSUD Sebut Pasien Meninggal karena Efek Samping Obat