TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Sukartini, masih tampak belum tenang. Wajahnya lesu, matanya sembab.
Ia dan suaminya masih menunggu kabar kondisi anak semata wayangnya, Alviani Hidayati Solikha (19), yang menjadi korban kecelakaan Lion Air.
Pesawat Lion Air JT 610 tujuan Jakarta-Pangkal Pinang, yang ditumpanginya jatuh ke laut.
Pesawat yang mengangkut 189 orang dengan 178 penumpang dewasa, seorang anak, dan dua bayi itu jatuh di perairan Tanjung Karawang, Senin (29/10/2018).
Ditemui di rumahnya, Selasa (30/10/2018) siang, Sukartini menuturkan, dua hari sebelum kecelakaan, Minggu (28/10/2018) malam, seperti biasanya, Alvi menelponnya untuk memberi kabar.
Saat itu, Alvi yang baru dua bulan bekerja sebagai pramugari di Lion Air ini meminta doa ibunya karena akan terbang ke Balikpapan.
"Malam itu telepon saya. Setiap hari selalu ngebel (telpon), video call ibu. Cerita sama ibu, doain ya bu, saya mau terbang ke Balikpapan. Cuma itu pamitnya," kata Sukartini saat ditemui di rumahnya, di Dusun Gantrung, Desa Mojorejo, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun.
Dia tidak tahu kalau rute penerbangan anaknya diubah dari seharusnya menuju Balikpapan, namun diganti ke Pangkal Pinang.
Baca: Marahi Pemilik Akun Diduga Hina Agama, Deddy Corbuzier: Jangan Pikir Anda Bisa Bebas!
Mantan TKW ini tidak menyangka bila telpon dari anaknya itu merupakan telepon terakhir.
"Malam itu pesan sama saya, mau terbang ke Blikpapan, ndak tahunya malah ke Pangkal Pinang. Habis itu nggak tahu, malah terjadi musibah seperti ini," katanya.
Diberitakan sebelumnya, pesawat Lion Air JT-610 sebelumnya lepas landas pukul 06.10 WIB dari Bandara Soekarno-Hatta dengan rute Bandara Depati Amir di Pangkal-Pinang, Bangka Belitung.
Namun, 13 menit setelah lepas landas, pesawat tersebut jatuh ke laut, di Perairan Tanjung Karawang.
Pesawat tak tiba di Bandara Pangkal Pinang yang seharusnya dijadwalkan pukul 07.20 wib.
Pesawat tersebut mengangkut 189 orang dengan 178 penumpang dewasa, seorang anak, dan dua bayi. Selebihnya adalah kru pesawat.