News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kenalan Pria di Facebook, Wanita Ini Disekap Lalu Dijual untuk Layani Pria Hidung Belang

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Fakultas Bahasa dan Seni Unika Sogijapranata Semarang mengadakan diskusi interaktif Jumat (30/11) siang yang bertema HIV Ada Obatnya.

Laporan Wartawan Tribun Jateng, Faizal M Affan

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Menjelang hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember 2018, Fakultas Bahasa dan Seni Unika Sogijapranata Semarang mengadakan diskusi interaktif Jumat (30/11) siang yang bertema HIV Ada Obatnya.

Narasumber yang diundang pada diskusi kali ini yakni Ekawati Marhaenny Dukut (Dosen di Fakultas Bahasa dan Seni), Anthonius Maria Laot Kian (Dosen di Fakultas Hukum dan Komunikasi), dan Slamet Riyadi (Konsultan Kesehatan).

Tak hanya diskusi, dalam acara ini juga diselingi dengan pengumuman pemenang film pendek yang bercerita tentang HIV.

Maka dari itu, Slamet ingin dari video yang sudah jadi, bisa membuat warga Kota Semarang tahu apa itu HIV.

"Metode konvensional yang kami terapkan door to door. Itu membutuhkan waku yang sangat panjang untuk sosialisasi tentang HIV dan cara menanganinya."

"Maka perlu adanya inovasi seperti membuat video seperti ini. Supaya mudah disebarkan ke orang-orang. Jika sudah begini saya harap 1 juta warga Semarang jadi melek HIV," terangnya.

Slamet juga menyoroti pentingnya lebih bijak dan waspada dalam menggunakan media sosial.

Sebab, ia pernah menemukan kasus ada seorang wanita asal Purbalingga yang termakan bujuk rayu seorang laki-laki dari jejaring Facebook.

"Laki-laki tersebut berasal dari Bali. Suatu ketika, si perempuan ini bertengkar dengan orangtua yang membuat dia ingin pergi dari rumah."

"Kemudian laki-laki asal Bali yang dikenalnya memberi uang untuk transportasi dan dijanjikan akan diajak bekerja di sebuah restoran," terangnya.

Sudah jatuh tertimpa tangga, wanita tersebut tidak diberikan pekerjaan melainkan disekap dan dijual kepada pria hidung belang.

Dalam semalam, ia bisa melayani lima hingga 11 pria hidung belang selama kurang lebih delapan bulan.

Pada suatu ketika, ia bertemu dengan pelanggan yang baik dan mau membebaskannya dari dunia prostitusi.

"Setelah pulang ke kampung halaman, si perempuan 18 tahun ini sering sakit-sakitan. Ketika didiagnosa dokter puskesmas ia positif terjangkit HIV. Itulah bahayanya media sosial jika tidak digunakan secara bijak dan waspada," terang Slamet.

Setelah direhabilitasi di sebuah panti, perempuan tersebut semakin sembuh dan berat badannya semakin bertambah, walaupun virus HIV tetap ada di dalam tubuhnya.

Hal tersebut membuktikan bahwa HIV bukan penyakit yang mematikan.

"Bahkan HIV bukan penyakit menular apabila selama enam bulan orang yang terjangkit rutin meminum obat ARV, khusus untuk penderita HIV."

"Selain itu, gaya hidup sehat juga penting supaya virus tersebut tidak berkembang. Otomatis, sangat kecil kemungkinan virus HIV akan menular ke anaknya, apabila ia hamil," bebernya.

Dari sisi Ekawati, cara menangani dan merawat penderita HIV harus terus digaungkan oleh seluruh pihak.

Tujuannya supaya tidak muncul stigma negatif yang membuat masyarakat jadi takut bertemu dengan orang-orang yang mengidap penyakit ini.

"HIV tidak bisa ditularkan hanya lewat sentuhan, pelukan, ciuman, atau bergantian alat makan."

"Virus ini menular hanya melalui hubungan seksual atau percampuran darah antara pengidap dengan orang sehat."

"Maka, hal-hal semacam ini harus dipromosikan secara terus menerus melalui berbagai media. Saya menilai, Youtube dan Facebook adalah media yang sangat tepat untuk mempromosikan hal tersebut," tutur Ekawati.

Jateng Darurat HIV AIDS

Ekawati menambahkan, Jawa Tengah masih dalam kategori darurat HIV AIDS.

Jateng masuk dalam urutan keempat setelah Papua untuk provinsi terbanyak yang mengidap penyakit ini.

Sehingga, melalui video pendek ini diharapkan bisa membuat masyarakat sadar untuk memutus mata rantai penyakit ini.

Sementara itu, Anthonius menilai berita hoax tentang HIV yang banyak ditemukan di media sosial sangat mempengaruhi masyarakat.

Tak sedikit masyarakat yang mudah termakan dengan berita bohong tanpa mau melakukan verifikasi terlebih dahulu.

"Secara tidak langsung otak manusia lebih cenderung menggunakan intuisinya dibandingkan mengkritisi sesuatu."

"Mereka anggap semua berita yang ada di internet adalah benar. Harusnya, kita cari kebenarannya dahulu sebelum mempercayainya," katanya.

Mengatakan sebuah berita bohong yang disebarkan secara luas menurut Anthonius bisa dipidana.

Ada beberapa pasal dari UU ITE yang bisa menjerat para pembuat atau penyebar berita bohong.

Namun sebelum menyebarkan sebuah berita, Anthonius menyarankan untuk memverifikasinya di sebuah aplikasi buatan Kementerian Komunikasi dan Informatika.

"Sekarang dengan aplikasi tersebut masyarakat sudah dimudahkan untuk membuktikan apakah berita yang dibaca sesuai fakta atau hanya bohong belaka. Jika semua orang bisa seperti itu, saya yakin masyarakat akan lebih mengerti bagaimana menghadapi seorang pengidap HIV," pungkasnya.(*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini