Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Hendri Gusmulyadi
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Miris! Sebanyak 5.000 orang warga Riau mengidap Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) hingga Oktober 2018, atau bertambah 1.000 orang dari tahun 2017.
Dengan angka tersebut artinya pengidap HIV/AIDS di provinsi tersebut melonjak 25 persen.
Jumlah ini terungkap dalam puncak peringatan Hari AIDS se-Dunia oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Riau dan Pemerintahan Provinsi Riau pada Minggu (2/12/2018) bekerjasama dengan Transmart Pekanbaru.
Kegiatan itu berlangsung di lantai dasar Transmart Pekanbaru dan diramaikan dengan berbagai even mulai dari perlombaan dan pemerikasaan kesehatan.
Baca: Syahrini Gambarkan Sosok Reino Barack, Turut Singgung Ngaku-ngaku Jadi Teman
Ratusan masyarakat terlibat dalam kegiatan ini selama satu hari kegiatan berlangsung.
Mulai dari anak-anak yang ikut serta pada lomba mewarnai, serta lomba musik akustik dan dance bagi para remaja.
Pemerikasaan kesehatan mendapatkan sambutan meriah dari masyarakat atau pengunjung Transmart Pekanbaru.
Semua itu terselenggara gratis seperti pemeriksaan HIV, imunisasi MR, pemerikasaan kesehatan, pemeriksaan gizi, layanan kesehatan kulit dan kelamin, serta sharing session tentang kesehatan bersama beberapa dokter.
"Puncaknya Hari AIDS se Dunia sebenarnya kan 1 Desember, kita sudah melakukan berbagai macam kegiatan. Hari ini kita bekerjasama dengan Transmart Retail, beberapa pihak, Dinas Kesehatan, hingga Persatuan Dokter Spesialis Kulit Kelamin," ungkap Manager Program Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Provinsi Riau, Helmi Yardi.
Helmi menyebut, konsep kegiatan puncak Hari AIDS se Dunia di Transmart Pekanbaru melibatkan seluruh elemen, mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga, dan anak muda.
Ketiga elemen itu bergabung menjadi satu sehingga sosialisasi tentang HIV dan AIDS lebih menyeluruh.
"Jadi tiga konsep itu yang kita pakai, kita libatkan anak-anak karena saat ini khasus HIV AIDS di Riau itu nomor tiga pada ibu rumah tangga, sehingga anak yang lahir dari ibu-ibu itu banyak yang positif HIV, pada saat mereka bersekolah, mereke dikucilkan dari pergaulaan. Ini jadi salah satu cara kita untuk mengedukasi masyarakat dan orangtua, bahwa kalau ada anak yang positif HIV tidak perlu dijauhi, dan tak perlu dikeluarkan dari sekolah," jelasnya.
"Untuk orangtua, ibu rumah tangga juga jadi sasaran kita melakukan edukasi, agar mau test HIV. Untuk anak muda, 80 persen HIV itu diidap oleh usia muda, anak muda itu rentan, labil dan mudah melakukan hubungan seks beresiko, menggunakan narkoba, pakai tato bergantian jarum, sehingga kita edukasi disini melalui berbagai kegiatan," tambah Dia.