TRIBUNNEWS.COM - Calon Presiden nomor urut 2, Prabowo Subianto, mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi Indonesia saat ini, saat berbicara di hadapan jamaah Majelis Tafsir Alquran (MTA) di Jalan Ronggowarsito, Kota Solo, Minggu (23/12/2018).
Prabowo menyebut, Indonesia saat ini, masih setingkat dengan negara-negara di Afrika.
Pidato Prabowo ini pun mengundang cukup banyak komentar di media sosial.
Beragam komentar dari netizen muncul menanggapi pernyataan Prabowo ini.
Tak sedikit pula yang mempertanyakan soal perbandingan Prabowo tersebut.
Di akun Facebook Tribunnews, tak kurang dari 1.000 komentar netizen muncul menanggapi pidato Prabowo ini.
Berikut transkrip potongan pidato Prabowo sebagaimana direkam oleh wartawan Tribunnews di lapangan :
Rakyat kita, itu penghasilannya kurang dari Rp 14.000 sehari.
Kurang dari Rp 30.000 sehari.
Berarti, 30 (hari) kali Rp 30.000, kurang dari sejuta sebulan.
Artinya apa majelis yang terhormat? Artinya, kita setingkat sama negara-negara miskin di Afrika.
Berarti, Indonesia setelah 73 tahun merdeka, berada setingkat dengan Rwanda, Sierra Leone, Haiti (negara di Benua Amerika, Red), Chad, dan pulau-pulau kecil seperti Kiribati (Kepulauan Mikronesia) yang kita tidak tahu di mana letaknya.
Jadi, ini sangat membuat kita sedih, padahal kita mengerti negara kita adalah terempat terbesar di dunia, kita adalah ke-enam terkaya di dunia.
Produksi kelapa sawit kita tertinggi di dunia. Lada kita terbaik dan tertinggi di dunia. Timah, emas, nikel, batu bara.
Bawa Data
Di hadapan jamaah, Prabowo juga mencontohkan, banyak sumber energi yang terkandung di dalam bumi Indonesia, dikuasai asing dan diizinkan diekspor dalam bentuk mentah.
"Misal alumina, bahan baku aluminium yang digunakan untuk membuat mobil dan sebagainya, diizinkan diekspor," terang dia.
"Pihak-pihak itu memakai orang Indonesia, untuk mengusai kekayaan bumi kita," kata Prabowo.
Prabowo menambahkan, jika timnya memiliki banyak data terakait kesalahan mengurus negara.
Dia akan membagikan data itu secara gratis pada masyarakat.
"Saya bawa data dan fakta, saya punya temuan, saya tidak ingin dituduh menghasut," ujarnya.
Data itu sudah disusunnya dalam bentuk buku berjudul Paradoks Indonesia.
"Khusus majlis (MTA), saya tinggalkan data-datanya, beserta buku 1.000 buah dibagi gratis," paparnya.
Canda Soal Kata Satu
Di sela-sela pengajian itu, pendiri MTA lantas menyambut kehadiran calon presiden (carpres) 02, Prabowo yang duduk di temani Ketua Dewan Kehormatan PAN, Amien Rais.
Tanpa panjang lebar, Sukina mengatakan jika ada dua carpres yang tengah berlaga dalam Pilpres 2019.
"Beliau (Prabowo) itu Capres, satu mesti jadi," kata Sukina di hadapan ribuan jamaah di gedung MTA lantai II, Jalan Rongggowarsito, Kecamatan Banjarsari, Kota Solo.
Namun, Sukina menjelaskan jika yang dimaksud 'satu' tersebut yakni jika salah satu capres akan memenangi Pilpres 2019 pada April mendatang.
"Yang dimaksud satu itu, ya salah satu, kan tidak mungkin dua-duanya jadi presiden," kata dia disambut ger-geran.
Dia menegaskan, jika MTA bukan partai politik atau organisasi masyarakat (ormas) yang berafiliasi dengan politik.
"Bukan karena beliau (Prabowo) datang jamaah meluap, tetapi setiap minggu pagi ya gini, beliau itu silaturahmi," jelasnya.
"Kalau tidak percaya jamaah meluap, silahkan datang ke sini setiap minggu pagi."
Adapun Prabowo sempat diberikan ruang untuk berbicara di depan jamaah dari pukul 11.26 hingga 11.44.
"Saya grogi, biasanya saya diminta bicara kebangsaan, ekonomi hingga politik," akunya.
Mantan Danjen Kopassus itu lantas memperkenalkan diri sebagai seorang anak bangsa, bukan capres.
"Saya akan ngomongin yang lain, negara kita berada di jalan yang keliru," ucap dia mengawali sambutan.
Menurutnya dengan tata kelola yang salah, tidak akan mungkin membawa rakyat sejahtera.
"Kekayaan bangsa tidak tinggal di Indonesia, kita semakin lemah dan tidak kuat," jelasnya berapi-api. (*)