TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Marzuki, warga Desa Way Muli, Kabupaten Lampung Selatan, sedang mencari cumi di tengah laut ketika melihat Gunung Anak Krakatau meletus.
Ia mengatakan letusannya tak seperti biasanya.
"Seperti melihat kembang api, bunyinya keras, seperti petasan, thas, thas, thas, ... lalu keluar asap putih. Sekitar setengah jam kemudian saya ditarik oleh ombak, saya mencoba menepi," kata Marzuki.
Way Muli merupakan salah satu daerah terparah di Lampung selatan yang dilanda tsunami akibat runtuhan vulkanis Anak Krakatau.
Baca: Cerita Ustaz Abror Selamat dari Terjangan Tsunami Karena Tersangkut di Kabel Listrik
Marzuki mengatakan dirinya dibawa ombak selama beberapa saat hingga merasa dirinya terpental.
"Saya terlempar ke sawah. Saya bangun dan teriak 'tsunami, tsunami' ke warga," katanya.
Dari sawah ini, ia lari sekuat tenaga menyelamatkan diri. Pada saat ia lari, datang gelombang kedua.
Ia melihat tembok dan memanjatnya.
Turun dari tembok, ia kembali berlari menjauh dari pantai. Datang gelombang ketiga.
Ia naik ke pohon. "Saya beristigfar (meminta ampun kepada Tuhan). Saya menangis, saya ingat orang tua...," katanya.
Karena ingat orang tua, ia memutuskan untuk turun dari pohon dan pergi ke rumah orang tuanya. Di sana, situasinya berantakan.
"Saya tak menemukan mereka. Saya hanya bisa berharap mereka sudah mengungsi ke tempat aman," katanya.
Melihat orang tuanya tak ada di rumah, ia memutuskan untuk mengecek rumahnya untuk mencari tahu keadaan istri dan anaknya.