TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Sebuah saung yang dipakai untuk petani durian di Bukit Curug Putri, berubah fungsi menjadi tempat tinggal sementara untuk pengungsi.
Jaraknya sekitar lima kilometer dari bibir Pantai Carita, Pandeglang, Banten.
Tribun yang menelusuri bukit itu, berjalan menanjak sekitar setengah jam untuk bertemu dengan para pengungsi tsunami Selat Sunda yang melarikan diri dari terjangan air laut.
Dedi, pengungsi yang berada di atas Bukit Curug Putri, mengungkapkan tak jarang dia dan keluarganya harus meminum air mentah langsung dari sungai.
Keterbatasan barang bawaannya, membuat ia yang membawa dua anaknya melakukan hal itu.
"Minyak tidak ada, korek juga tidak punya, jadi ya minum langsung mentah-mentah," ungkapnya.
Tidak jarang, Dedi dan istrinya meminta-minta kepada pengungsi yang berada di atas bukit.
Penolakan yang diterimanya pun dapat dimengerti. Semua masih dalam keadaan yang benar-benar terbatas.
"Ya jadi seadanya saja. Di rumah, juga sudah tidak ada apa-apa lagi," lanjutnya.
Dedi mengatakan saat ini hanya tinggal menunggu belas kasih dari petani durian yang sering melewati saungnya.
Baca: Sarkawi Beserta Istri dan 5 Cucunya Bertahan Hidup di Bukit Meski Tak Ada Bantuan Diterima
Jika ada air minum yang dibagikan, dia tidak akan sungkan untuk meminta meski hanya punya satu gelas kecil dan akan diberikan kepada kedua anaknya yang masih balita.
"Anak saya sih yang penting enggak haus," ujar dia.
Kembali Saat Gelap
Tokoh Desa Susuran, Sapuri yang menemani Tribun saat menelusuri Bukit Curug Putri mengatakan, para pengungsi biasanya akan turun ke pantai untuk melihat rumah mereka saat siang hari.
Menjelang gelap, pengungsi yang jumlahnya berkisar ratusan, akan kembali ke bukit untuk beristirahat.