TRIBUNNEWS.COM, BANTEN - Slamet (53) terlihat sibuk membereskan rumahnya di Desa Teluk di Kecamatan Labuan yang hampir rata dengan tanah saat tsunami menerjang Selat Sunda pada Sabtu (22/12/2018) lalu.
Saat kejadian, Slamet berhasil selamat setelah dirinya bersama istri dan ketiga anaknya melarikan diri ke bukit yang ada di dekat kediamannya.
"Pas kejadian enggak ada yang mengira, air tiba-tiba datang deras banget, suaranya juga kaya gemuruh gitu lah," ucap Slamet saat berbincang dengan Tribunnews.com, Kamis (27/12/2018).
Hampir sepekan tidur di tenda sederhana beratapkan terpal, Slamet dan keluarga mengaku bosan.
"Saya bosan, kalau bisa hari ini pulang, mau pulang aja rasanya," kata Slamet.
Tidak hanya bosan, pria yang kesehariannya bekerja sebagai buruh pabrik ini mulai gusar.
Pasalnya kini keluarga tidak memiliki modal. Tabungan miliknya kini mulai habis.
Baca: Status Gunung Anak Krakatau Naik Siaga Level III
Tsunami yang menerjang pesisir Banten dan Lampung Selatan ini juga menghancurkan tempat ia bekerja di kawasan Pantai Carita.
"Tinggal nunggu aja ini lanjut apa dipecat sama kantor," ucap Slamet.
Kini bukan pakaian ataupun sembako yang diinginkan Slamet, tetapi ia ingin pemerintah segera memberikan modal usaha agar dirinya dapat bekerja kembali.
"Kami butuh modal, rasanya kalau ngasih uang dari keringat sendiri lebih baik ke keluarga," ucap Rustam.