Di lantai tiga atau paling atas, akan terlihat ruang kosong tanpa atap.
Hanya terlihat lampu-lampu dengan sistem tenaga surya terpasang dipinggir tembok.
Dilantai teratas ini pula kita dapat melihat indahnya Teluk Labuan dengan jelas.
Dedek Jainali (12) seorang anak yang biasa bermain di shelter tsunami saat ditemui tribunnews.com mengungkapkan bila dirinya bersama teman-teman sepantarannya sering memanfaatkan gedung ini untuk bermain.
Baca: Steve Emmanuel Pecandu Narkoba, 2 Adiknya Berprestasi dan Terobsesi Hidup Sehat
"Sering saya sering main disini, hampir tiap hari, main bola juga bisa disini luar banget," ucap Dedek.
Tak hanya itu Dedek mengungkapkan saat tsunami menerjang pesisir pantai Banten, banyak warga sekitar Labuan yang mengungsi ke shelter tsunami ini.
"Banyak banget yang lari kesini, termasuk saya ngungsi kesini, gelap-gelapan udah ngumpul disini semua," ucap Dedek.
*Beralih Fungsi*
Sementara salah seorang warga sekitar bangunan shelter tsunami yang enggan disebutkan namanya menyebut gedung tersebut kini telah beralih fungsi.
Kini menurut kesaksian warga, gedung tersebut banyak digunakan oleh Anak Baru Gede (ABG) sebagai tempat prostitusi serta tempat yang dirasa "aman" untuk mengonsumsi obat-obat terlarang.
"Waduh mas kalau malem itu, ABG banyak yang naik, nanti keluar jelang tengah malem atau subuh," katanya.
Kesaksian warga itu pun diperkuat saat tim tribunnews.com menemukan bungkus obat yang pada kemasannya tertulis Grantusif atau warga setempat mengenalnya dengan pil dextro tercecer di lantai.
Tim tribunnews.com dengan mudah menemukan kemasan obat tersebut di beberapa sudut bangunan.
Ia mengungkapkan polisi terkadang melakukan razia terhadap ABG dilokasi tersebut.