Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Amiril Mukminin
TRIBUNNEWS.COM, SUKABUMI - Suara gemuruh terdengar pada Rabu (2/1) malam sekitar pukul 23.20 di lokasi longsor Kampung Garehong, Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok , Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Suara gemuruh tersebut ternyata berasal dari longsoran susulanyang menggelindingkan batu besar.
Kepala Operasional Badan SAR Nasional (Basarnas) Jakarta, Made Oka, mengatakan, material di titik utama longsor di kawasan perbukitan di Kampung Garehong, Dusun Cimapag RT 05/04, Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kembali bergerak.
Longsornya material yang kebanyakan bebatuan itu sudah diprediksi tim pencarian dari awal.
"Semalam memang terjadi longsoran bebatuan dari titik mahkota. Sebetulnya dari awal kami sudah amati secara visual bebatuan itu," kata Oka.
Oka mengatakan, prediksi bakal longsornya material bebatuan diperkuat juga dengan foto visual yang diambil menggunakan drone.
Apalagi setiap hari terus diguyur hujan cukup deras.
"Karena sudah jenuh, jadi material bebatuan longsor. Safety officer masih tetap mengamati kondisi di atas saat tim pencarian masing-masing bekerja di setiap sektor," katanya.
Ia mengatakan, memasuki hari keempat pencarian korban, tim dibagi 6 sektor. Mereka dibagi tugas menjadi dua shift.
"Yang benar-benar dibutuhkan tim yang bawa alkon," ujarnya.
Setiap sektor akan didampingi koordinator untuk mengefektifkan pencarian. Masing-masing tim fokus di setiap sektor yang sudah ditentukan.
"Nanti di setiap sektor ada yang men-support. Misalnya untuk kepeluan airnya, saluran airnya, alkonnya, kemudian jalur untuk mengevakuasinya jika ditemukan korban dari masing-masing sektor," katanya.
Proses pencarian masih didukung Unit Satwa dari Mabes Polri. Upaya itu dilakukan untuk mendeteksi awal titik keberadaan korban yang belum ditemukan.
"Unit Satwa masih. Tadi saya ketemu dari Mabes untuk berkoordinasi. Kami berikan kesempatan mendeteksi lebih awal," katanya
Kemarin, Menteri Sosial Agus Gumiwang Kartasasmita menyerahkan santunan kepada 13 orang ahli waris korban meninggal.
Penyerahan santunan kepada para ahli waris digelar di Posko Terpadu Penanggulangan Bencana di Dusun Cimapag, Desa Sirnaresmi. Masing-masing ahli waris mendapatkan santunan sebesar Rp 15 juta.
Agus sempat meninjau lokasi bencana tanah longsor dan rumah tertimbun saat lokasi diguyur hujan.
"Berapa pun jumlah korban yang meninggal akibat bencana longsor, Pemerintah Pusat Kemensos akan memberikan santunan kepada para ahli warisnya," katanya.
Ia mengatakan, kedatangannya ke Cisolok untuk menyaksikan secara langsung bagaimana kegiatan-kegiatan pengelolaan pascabencana longsor. Khususnya saat ini fokus pada pencarian korban dan evakuasi.
"Evakuasi ini masih berat, masih perlu mendatangkan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk mempermuah evakuasi," katanya.
"Kami sudah berkoordinasi dengan lembaga yang lain, seperti BNPB akan segera mengirimkan peralatan yang cocok di lokasi kejadian ini," katanya.
Seorang ahli waris, Amid (26), mengucapkan terimakasih kepada pemerintah yang telah memberikan santunan.
"Santunan ini akan kami manfaatkan untuk sehari-hari," ucap Amid yang kedua orangtuanya menjadi korban bencana longsor.
Tim evakuasi gabungan kembali menemukan dua jenasah pada pencarian Kamis (3/1) kedua jenasah tersebut pun masih dalam proses identifikasi tim DVI. Sementara korban meninggal yang sudah teridentifikasi berjumlah 13 orang.(fam)
* Daftar sementara nama korban meninggal dunia yang sudah teridentifikasi
1. Hendra alias Jubed (35)
2. Sasa (4)
3. Ukri (50)
4. Riska (27)
5. Rita (15)
6.Yanti (38)
7. Ahudi (60)
8.Suryani (35)
9.Jumhadi (47)
10.Yami (26)
11.Sukirman (75)
12.Umih (70)
13.Enda (43