"Perusahaan besar bisa menjual ayam lebih murah tetapi tetap untung karena budidayanya effiesien, ayam dari Ciamis terpaksa juga dijual dengan murah meski harus rugi karena cara beternaknya belum effisien,” ujar Heri yang juga pemilik Andika PS.
Ciamis sebagai sentra perunggasan rakyat di Jabar bahkan nasional, memiliki infrastuktur yang lengkap untuk budidaya ayam pedaging.
Tak hanya memiliki ribuan kandang, tetapi juga punya peternakan pembibitan dan pabrik pakan (feedmill),, rumah potong ayam, poultry shop, dan lain-lain.
Namun sekitar 8.000 kandang tersebut merupakan kandang tradisional, yang menurut Heri harus direvitalisasi, dimodivikasi agar budidayanya bisa efisien sehingga HPP bisa ditekan.
“Teknologi terus berkembang, dan itu tidak bisa ditolak. Termasuk teknologi perkandangan. Secara genetic ayam BR sudah berubah, tentu cara-cara budidayanya juga harus berubah. Termasuk dalam teknologi perkandangan,” katanya.
Selama tiga tahun terakhir, kandang model close house mulai dikenal peternak ayam pedaging di Ciamis.
Diawali dengan hadirnya kandang close house besar berkapasitas 40.000 sampai 50.000 ekor ayam kemudian berkembang mini close house berkapasitas 7.000 sampai 8.000 ekor yang sesuai dengan karakter peternakan di Ciamis sebagai sentra perunggasan rakyat.
“Langkah lainnya yang juga bisa dilakukan adalah revitalisasi kandang yang ada dengan modivikasi kandang menjadi semi close house."
"Dengan pemasangan tirai terpal dan blower serta gengset untuk pengatur suhu dalam kandang agar stabil berikut kelembaban dan angin,” ujar Suwandi, dari Tanjung Mulya Grup Panumbangan.
Prinsip-prinsip close house ini bisa diterapkan untuk modifikasi kandang rakyat di Ciamis untuk menekan biaya produksi dan tercapai pertumbuhan ayam yang optimal serta pengunaan pakan effisien.
Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Ciamis, Yati Herdiati, menyebutkan Ciamis merupakan sentra budidaya ayam ras pedaging terbesar di Jabar, baik ras pedaging BR maupun layer jantan.
Hal itu menjadi penggerak ekonomi dan menyerap tenaga kerja yang tidak sedikit.
Di tengah harga ayam yang jatuh bangun dengan sangat fluktuatif, serta persaingan dengan perusahan besar, perunggasan rakyat di Ciamis mencoba tetap bertahan. Termasuk menghadapi persaingan pasar bebas.
“Dalam menghadapi persaingan tersebut memang perlu ada konsep dan pola budidaya yang effisien seperti dengan mengadopsi perkembangan teknologi. Peternak juga jangan sampai gagap teknologi,” kata Yati.