Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar, Aida Rosana,menyebutkan bahwa produksi ayam pedaging se-Jabar tiap tahun rata-rata 677.000 ton sedangkan kebutuhan 375.000 ton.
“Jadi Jabar surplus ayam pedaging tiap tahun mencapai 302.000 ton," ujar Aida.
Ciamis, kata Aida, merupakan daerah pemasok terbesar produksi ayam ras pedaging dari perunggasan rakyat.
Sedangkan produksi telur ayam ras di Jabar menurut Aida setiap tahun rata-rata 291.623,520 ton sedang kebutuhan 492.273,523 ton telur/tahun.
“Kekurangan telur ayam tersebut terpaksa didatangkan adri Lampung, Medan, Jatim dan Jateng,” jelasnya.
Selain tetap mempertahan sebagai sentra produksi ayam ras pedaging, katanya Ciamis bisa terus mengembangkan budidaya ayam ras petelur untuk menekan deficit produksi telur di Jabar.
“Termasuk juga terus mengembangan ayam local sentul khas Ciamis sebagai ayam pedaging sekaligus petelur,” ujar Aida.
Tokoh perunggasan Ciamis, Udin, menggagas bahwa Ciamis sudah perlu memiliki kawasan peternakan unggas (Kunak) dengan lokasi di sekitar hutan lindung memanfaatkan lahan terlantar seperti sekitar blok Jahim Sukamantri dan kebun kopi Gunung Sawal yang luasnya ratusan hektar.
“Di Korea dan Jepang, kandang ayam itu dekat hutan-hutan. Jauh dari pemukiman. Sudah saatnya kandang-kandang ayam dekat pemukiman warga dikurangi dipindahkan ke dekat hutan,” kata Udin.