RIBUNNEWS.COM, SUMENEP- Ujian nasional berbasis komputer (UNBK) di SMA Al Fanisa, Desa Brakas, Pulau Raas, Sumenep, Jawa Timur berubah menjadi kepanikan ketika muncul gempa bumi berkekuatan 4,9 Skala Reichter (SR), sekira pukul 08.20 WIB, Selasa (2/4).
Seorang siswa, Faisal, harus dilarikan ke puskesmas setempat karena terjatuh ketika hendak menyelamatkan diri keluar dari ruang kelas.
Ramsi, seorang guru di SMA Al Fanisa menceritakan saat terjadi gempa yang kedua, Fasisal bersama teman-temannya sedang mengerjakan soal UNBK.
"Gempa itu mengakibatkan sebagian keramik dinding sekolah runtuh. Nah, karena panik, para siswa langsung ke luar ruang. Seorang siswa bernama Faisal itu tersandung reruntuhan keramik sehingga terjatuh dan kakinya kakinya luka," katanya.
Baca: Wasit Thoriq Alkatiri Bikin Keputusan Kontroversial di Ajang Piala AFC
Baca: Tanggapan AHY Soal Namanya Tidak Masuk Daftar Menteri Kubu Prabowo: Saya Tidak Kecewa
Selain itu dinding sekolah tersebut banyak yang retak, dan sebagian plafonnya berjatuhan.
"Pada saat itu ujian baru saja akan dimulai, dan para peserta ujian baru saja masuk ke dalam ruangan, tiba-tiba gempa datang dan semua langsung berhamburan keluar ruang kelas," kata Ramsi.
Abdur Rasyid (55) tokoh masyarakat Desa Brakas, Kecamatan Raas, Sumenep, melalui sambungan telepon mengatakan gempa kali ini memang tidak sedahsyat gempa pada November 2018 lalu.
"Tapi kan masyarakat di sini masih trauma pada gempa yang terjadi pada November lalu. Jadi gempa ini tetap saja membikin panik warga," katanya.
Berdasarkan rilis BMKG, episenter gempa bumi berada pada koordinat 7,22 LS dan 114,56 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 83 km arah tenggara Kabupaten Sumenep pada kedalaman 5 km.
Melihat lokasi episenter dan kedalamannya, gempa bumi itu merupakan jenis gempa bumi dangkal, diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif.
"Saya menerima laporan, ada siswa yang tertimpa keramik tembok. Dia sedang UNBK, dan langsung dilarikan ke Puskesmas Raas," kata Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Menurut Khofifah UNBK di sekolah tersebut tetap dilanjutkan.
"Setelah dicek, ternyata memang sekolah itu nggak menggunakan listrik dari PLN. Mereka menggunakan genset sehingga ujian tetap dilanjutkan," kata perempuan gubernur pertama Jawa Timur ini.
Sedangkan bagi siswa yang terkena musibah, menurut Khofifah, akan diberikan fasilitas untuk mengikuti UNBK ulang sehingga tidak sampai harus tercoret dari kehadiran ujian.
"Saya sudah terima foto laporannya. Satu siswa ini akan dirawat dulu di puskesmas dan akan diberikan ujian lagi," jelasnya.
Beri bantuan
Lebih lanjut Khofifah mengatakan bahwa Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur terus melakukan koordinasi dengan OPD setempat terkait kelancaran UNBK. Bagi sekolah yang terdampak harus segera mendapatkan back up.
"Itu kan daerahnya kepulauan, tiap menit bisa ter-up date kondisi di sana. Ini saya juga koordinasi dengan Sekda dan Pak Saiful dari Dinas Pendidikan untuk mengkoordinasikan layanan di sana," tegas Khofifah.
Saat gempa, tidak bisa dipungkiri bakal banyak bangunan yang rusak. Untuk itu Khofifah meminta agar kerusakan-kerusakan itu dilakukan pendataan. Jika memenuhi persyaratan, Pemerintah Provinsi Jatim bisa memberikan bantuan keuangan.
"Kalau ada kerusakan bangunan kita akan melihat kerusakan di tingkat seperti apa. Untuk Indonesia, termasuk Jatim, ada SOP-nya mana yang bisa dapat konversi dan berapa nilai konversinya. Namun dilihat dulu tingkat kerusakannya," tegas Khofifah.
Camat Raas, Didik Wahyudi mengatakan, walaupun gempa saat ini relatif lebih rendah dari gempa sebelumnya, semua warga berlarian keluar rumah menyelamatkan diri.
"Selain keluar rumah, ratusan warga ada yang mencari perlindungan ke dataran tinggi, karena takut gempa berpotensi Tsunami.
Menurut Didik, saat ini pihaknya bersama petugas terkait sedang turun ke lokasi dampak bencana untuk melakukuan pendataan.
"Sementara ada sekitar 8 bangunan rumah yang rusak akibat gempa. Kami bersama BPBD Sumenep, masih terus mendata rumah-rumah warga yang terkena bencana gempa ini," katanya. (surya/tribunmadura)